Pembicaraan tidak selalu ber arti pemahaman antara dua jiwa Kata-kata yang berasal dari bibir-bibir dan lidah-lidah tidak selalu bisa membawa sepasang hati bersama Ada sesuatu yang lebih agung dan lebih murni dari apa yang diutarakan mulut.

Minggu, Juli 29, 2012

DIALOG YOHANES DENGAN PARA ULAMA MAZHAB YANG EMPAT III



Para imam tersebut menjawab, "Wahai Yohanes, orang-orang Rafidhi (Syi'ah) menyangka Rasulullah saw telah mewasiatkan kekhilafahan kepada Ali as, dan telah menetapkannya baginya. Sedangkan menurut pandangan kami, Rasulullah saw tidak mewasiatkan kekhilafahan kepada siapa pun."

Yohanes berkata, "Ini kitab Anda, di dalamnya disebutkan, 'Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapak dan kaum kerabatnya secara makruf.' (QS. al-Baqarah: 180)

Di dalam Kitab Bukhari Anda disebutkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, Tidaklah seorang Muslim berhak tidur kecuali dia meletakkan wasiatnya di bawah kepalanya.'[295]

Apakah Anda membenarkan Nabi Anda saw memerintahkan sesuatu yang tidak dikerjakannya, padahal Kitab suci Anda mengecam keras orang yang memerintahkan apa yang tidak dilakukannya. Allah SWT berfirman, 'Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir?' (QS. al-Baqarah: 44)


Demi Allah, jika Nabi Anda meninggal dunia dengan tidak meninggalkan wasiat, berarti dia telah melanggar perintah Tuhannya, menyalahi ucapannya sendiri, dan tidak mengikuti jejak nabi-nabi terdahulu yang memberikan wasiat tentang siapa yang akan meneruskan urusanya sepeninggalnya. Padahal Allah SWT telah berfirman, 'Maka ikutilah petunjuk mereka.' (QS. al-An'am: 90) Namun, tentunya Nabi Anda tidak berbuat demikian. Apa yang Anda katakan tidak lain adalah semata-mata karena kebodohan dan kekeras-kepalaan Anda. Karena, Imam Ahmad bin Hanbal telah meriwayatkan di dalam kitab Musnadnya, bahwa Salman telah berkata, 'Ya Rasulullah, siapakah washi Anda?'

Rasulullah saw berkata, 'Wahai Salman, siapa washi saudara saya Musa as?'

Salman menjawab, 'Yusya' bin Nun.'

Kemudian Rasulullah saw berkata, 'Sesungguhnya washi dan pewarisku adalah Ali bin Abi Thalib.'

Di dalam kitab Ibnu al-Maghazili asy-Syafi’i, dengan sanad yang menyambung kepada Rasulullah saw, disebutkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, 'Setiap nabi mempunyai washi dan pewaris. Adapun washi dan pewarisku adalah Ali bin Abi Thalib.'[296]

Inilah Imam al-Baghawi Muhyis Sunnah ad-Din, salah seorang muhaddis dan mufassir besar Anda. Dia telah meriwayatkan di dalam kitab tafsirnya yang berjudul Ma'alim at-Tanzil, pada penafskan firman Allah SWT yang berbunyi, 'Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.' (QS. asy-Syu'ara: 214) Dia menyebutkan, 'Dari Ali as yang berkata, 'Ketika ayat ini turun, Rasulullah saw memerintahkan kepadaku untuk mengumpulkan Bani Abdul Muththalib baginya, maka aku pun mengumpulkan mereka. Pada saat itu terkumpullah kurang lebih empat puluh orang dari Bani Abdul Muththalib. Setelah menjamu mereka dengan hidangan kaki kambing dan susu, Rasulullah saw pun berkata kepada mereka, 'Wahai putra-putra Abdul Muththalib! Demi Allah, tidak seorang pun pemuda bangsa Arab yang telah membawa untuk kaumnya sesuatu yang lebih berharga dan lebih utama dari apa yang aku bawa untuk kamu semua! Aku datang mem-bawa kebaikan dunia dan akhirat. Dan Allah telah memerintahkan aku menyerukan kepada kalian agar menerimanya. Maka siapakah di antara kalian yang bersedia memberikan dukungan bagiku dalam urusan ini; dan sebagai imbalannya, ia akan menjadi saudaraku yang terdekat, washi (penerima dan pengemban wasiat)ku, serta menjadi khalifah (pengganti)ku di antara Anda semua?' Tidak ada seorang pun dari mereka yang menerima tawaran Rasulullah saw.

Ali berkata, 'Lalu aku pun berdiri dan berkata, 'Aku, wahai Rasulullah, yang akan menjadi pembantumu.'

Kemudian Rasulullah saw berkata kepada Ali, 'lnilah saudaraku, wasbiku dan khalifahku di antara Anda semua. Dengar lah kata-katanya, dan taatlah kepadanya.' Maka bangkitlah mereka itu sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib, 'Lihatlah, betapa ia telah memerintahkan Anda agar mendengarkan kata-kata anakmu dan taat kepadanya.'[297]

Riwayat ini juga telah diriwayatkan oleh Imam Anda Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya,[298] oleh Muhammad bin Ishaq ath-Thabari di dalam kitab tarikhnya,[299] dan juga oleh al-Kharkusyi. Jika riwayat ini dusta, maka berarti Anda telah memberikan kesaksian bahwa para Imam Anda meriwayatkan riwayat dusta atas Allah dan Rasul-Nya. Padahal Allah SWT telah berfirman, 'lngatlah, kutukan Allah (ditirnpakan) atas orang-orang yang zalim.' (QS. Hud: 18) 'Yaitu orang-orang yang mengada-adakan kebohongan atas Allah.' (QS. Yunus: 69 dan 96)

Allah SWT juga berfirman di dalam Kitab-Nya, 'Dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta.' (QS. Ali 'lmran: 61)

Jika para Imam Anda tidak berdusta, dan memang demikian perkaranya, lantas, apa dosa orang-orang rafidhil Jika demikian, takutlah Anda kepada Allah, wahai para Imam Islam. Demi Allah, apa yang Anda katakan tentang peristiwa al-Ghadir yang dikatakan oleh orang Syi'ah

Para Imam tersebut menjawab, "Para ulama kami sepakat bahwa itu tidak lain hanyalah cerita dusta yang diada-adakan."

Yohanes berkata, "Allah Mahabesar. Ini Imam Anda dan sekaligus muhaddis Anda, Ahmad bin Hanbal meriwayatkan di dalam Musnadnya bahwa Barra bin 'Azib telah berkata, 'Kami bersama-sama Rasulullah saw di dalam perjalanan kami. Lalu kami singgah di Ghadir Khum, kemudian salah seorang dari kami menyeru kami agar menunaikan salat jamaah. Seseorang menyapu untuk Rasulullah saw yang sedang berteduh di bawah dua pohon. Kemudian Rasulullah saw mengerjakan salat Zuhur. Selesai salat Rasulullah saw mengangkat tangan Ali as seraya bersabda, 'Bukankah kamu semua mengetahui bahwa aku lebih utama atas seluruh orang Mukmin dibandingkan diri mereka sendiri?'

Semua yang hadir menjawab, 'Benar.' Kemudian Rasulullah saw mengangkat tangan Ali tinggi-tinggi, sehingga tampak putihnya ketiak keduanya, seraya berkata, 'Barangsiapa yang aku sebagai pemimpinnya, maka inilah pemimpinnya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya, tolonglah orang yang menolongnya dan telantarkanlah orang yang menelantarkannya.'

Kemudian Umar bin Khattab berkata, 'Selamat bagi Anda, wahai Putra Abu Thalib. Sekarang, Anda telah menjadi pemimpin setiap Mukmin laki-laki dan Mukmin perempuan.'

Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan riwayat ini di dalam Musnadnya melalui jalan lain, yang bersanad kepada Abu Thufail; dia juga meriwayatkannya melalui jalan yang ketiga, yang bersanad kepada Zaid bin Arqam.[300] Ibnu 'Abdu Rabbih juga meriwayatkannya di dalam kitab al- ‘Iqd al-Farid.[301] Sa'id bin Wahab juga meriwayat-kannya. Begitu juga ats-Tsa'labi di dalam kitab tafsirnya.[302] Ats-Tsa'labi menguatkan riwayat ini dengan riwayat yang diriwayatkannya berkenaan dengan penafsiran ayat 'Seorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi.' Dia mengatakan bahwa Harits bin Nu'man al-Fihri mendatangi Rasulullah saw, yang sedang berada di tengah sahabat-sahabatnya. Harits bin Nu'man al-Fihri berkata, 'Ya Muhammad, engkau telah menyuruh kami supaya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah, dan kami pun menerimanya. Engkau juga menyuruh kami untuk mengerjakan salat lima waktu, dan kami pun menerimanya. Kemudian engkau memerintahkan kami untuk berpuasa di bulan Ramadan, dan kami pun tetap menerimanya. Selanjutnya engkau memerintahkan kami untuk menunaikan haji, dan kami pun tetap menerimanya. Namun engkau tidak merasa cukup dengan itu, hingga akhirnya engkau mengangkat kedua lengan anak pamanmu dan mengutamakannya atas kami sambil berkata, 'Barangsiapa yang aku adalah pemimpinnya maka inilah Ali pemimpinnya. 'Apakah ini berasal darimu atau dari Allah?'

Rasulullah saw menjawab, 'Demi Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ini berasal dari Allah.'

Kemudian Harits bin Nu'man al-Fihri meninggalkan Rasulullah saw seraya berkata, 'Ya Allah, seandainya apa yang dikatakan oleh Muhammad itu benar, maka turunkanlah hujan batu dari langit ke atas kami.' Belum sempat Harits bin Nu'man al-Fihri sampai ke tempat dia menambatkan binatang tunggangannya, tiba-tiba Allah SWT menu-runkan sebuah batu dari langit yang tepat mengenai ubun-ubun kepalanya dan menembuh keluar dari duburnya, hingga dia pun tersungkur dan mati. Kemudian turunlah ayat Al-Qur'an yang berbunyi, 'Seorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi.' (QS. al-Ma'arij: 1)

Bagaimana bisa Anda mengatakan riwayat-riwayat ini dusta dan tidak sahih sementara para Imam Anda meriwayatkannya?"

Para Imam itu berkata, "Wahai Yohanes! Benar, para Imam kami telah meriwayatkan itu. Namun, jika Anda kembali kepada akal dan pikiran Anda, niscaya Anda akan tahu bahwa mustahil Rasulullah saw menetapkan yang demikian itu atas Ali bin Abi Thalib as, lalu seluruh sahabat bersepakat untuk menyembunyikan nas ini, dan kemudian mengalihkannya kepada Abu Bakar at-Timi yang lemah, yang berasal dari klan yang kecil. Padahal, para sahabat, jika Rasulullah saw memerintahkan mereka untuk membunuh diri mereka sendiri niscaya mereka akan lakukan. Bagaimana mungkin seorang yang berakal dapat membenarkan sesuatu yang mustahil ini?"

Yohanes menjawab, "Anda jangan merasa heran dari hal ini. Umat Nabi Musa as, yang jumlah mereka enam kali lipat lebih banyak dari umat Nabi Muhammad saw, manakala Nabi Musa as mengangkat saudaranya Harun as sebagai khalifah (pengganti)nya atas mereka, sementara Harun as itu sendiri adalah Nabi mereka, dan mereka lebih mencintainya dibandingkan Musa as, mereka berpaling kepada Samiri dan menyembah patung anak sapi. Oleh karena itu, tidaklah begitu mengherankan manakala para sahabat berpaling dari washi Rasulullah saw, sepeninggal beliau, kepada orang tua yang Rasulullah saw telah menikahi putrinya. Sepertinya, jika Al-Qur'an al-Karim tidak menceritakan kisah penyembahan patung anak sapi yang dilakukan oleh umat Nabi Musa, Anda tidak akan membenarkannya."

Para Imam itu berkata, "Wahai Yohanes, Ali tidak menentang mereka. Bahkan diam dan berbait kepada mereka."

Yohanes menjawab, "Tidak diragukan, bahwa tatkala Rasulullah saw meninggal dunia jumlah kaum Muslimin sedikit. Di tengah-tengah mereka ada pendusta yang bernama Musailamah al-Kadzdzab, yang mempunyai pengikut sebanyak delapan puluh ribu orang. Sementara orang-orang Muslim yang ada di Madinah dipenuhi oleh orang-orang munafik. Seandainya dia menampakkan perlawanan dengan pedang, niscaya setiap orang yang anak atau saudaranya pernah dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib di medan perang akan memeranginya. Sementara, hanya sedikit sekali ketika itu orang yang kabilah, kerabat atau sahabatnya yang tidak pernah dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib di medan perang. Oleh karena itu, Ali bin Abi Thalib lebih memilih sabar, dan hanya menentang mereka melalui jalan hujjah dan argumentasi selama enam bulan. Kejadian ini merupakan sesuatu yang tidak diragukan di kalangan Ahlus Sunnah. Kemudian, salah seorang dari mereka menuntut baiat darinya. Menurut kalangan Ahlus Sunnah Ali bin Abi Thalib telah berbaiat, sementara menurut kalangan Rafidhah (Syi'ah) Ali bin Abi Thalib tidak berbaiat. Sementara Tarikh Thabari[303] mengatakan bahwa Ali tidak berbaiat; hanya saja Abbas, manakala melihat fitnah ada di depan mata, dia berteriak, "Anak saudaraku telah memberikan baiat.


Abu Bakar tertinggal dari pasukan Usamah, dan Rasulullah saw telah mengangkat Usamah sebagai komandan Abu Bakar. Namun, Rasulullah saw tidak pernah sekali pun mengangkat seseorang sebagai pemimpin atau komandan Ali.[330]

Rasulullah saw belum pernah sekali pun mengangkat Abu Bakar sebagai pemimpin, kecuali di dalam membawa surat al-Bara'ah. Namun, tatkala Abu Bakar keluar membawa surat al-Bara'ah, Allah SWT memerintahkan Rasulullah saw untuk memberhentikannya dari tugas ini, dan memberikannya kepada Ali.[331]

Abu Bakar tidak mengetahui hukum syariat, hingga dia memotong tangan kiri seorang pencuri dan membakarnya secara sekonyong-konyong.[332] Padahal Rasulullah saw telah bersabda, 'Tidak menyiksa dengan api kecuali Tuhan pemilik api.'[333]

Ketika Abu Bakar ditanya tentang orang yang tidak punya anak dan ayah (kalalah), dia tidak mengetahui apa yang harus dia katakan, lalu dia pun berkata, 'Aku akan menjawab dengan pikiranku. Jika benar maka itu dari Allah, namun jika salah maka itu dari setan.'

Seorang nenek bertanya kepadanya tentang warisan yang diterimanya. Abu Bakar menjawab, 'Saya tidak menemukan apa pun tentang Anda, baik di dalam Al-Qur'an maupun di dalam sunah Muhammad. Kembalilah, hingga aku bertanya.' Maka Mughirah bin Syu'bah pun memberitahunya bahwa Rasulullah saw memberi seperenam bagi bagian nenek. Abu Bakar sering meminta fatwa kepada para sahabat di dalam masalah hukum.

Abu Bakar tidak mengecam Khalid bin Walid di dalam membunuh Malik bin Nuwairah, dan di dalam menikahi istrinya di malam terbunuh suaminya dengan tanpa menanti iddah.

Abu Bakar mengutus sekelompok orang ke rumah Amirul Mukminin as, manakala Amirul Mukminin as menolak untuk berbaiat. Dia mengancam untuk membakar rumah,[334] sementara di dalam rumah terdapat Fatimah as dan sekelompok orang dari Bani Hasyim dan lainnya. Oleh karena itu, mereka mengecam keras perbuatannya.

Ketika Abu Bakar naik ke mimbar, datang Hasan dan Husain beserta sekelompok orang dari kalangan Bani Hasyim dan lainnya. Mereka mengecamnya, lalu Hasan Hasan dan Husain berkata kepadanya, 'lni maqam kakekku. Kamu tidak layak untuknya.'[335]

Ketika hampir meninggal dunia, Abu Bakar berkata, 'Oh, seandainya aku meninggalkan rumah Fatimah dan tidak membukanya paksa. Oh, seandainya dahulu aku menanyakan Rasulullah saw, apakah kalangan Anshar mempunyai hak dalam urusan ini?'

Di dalam kitab-kitab Anda disebutkan bahwa Abu Bakar menyalahi Rasulullah saw di dalam mengangkat pengganti. Karena dia telah mengangkat Umar sebagai penggantinya. Juga disebutkan bahwa Rasulullah saw belum pernah sekali pun mengangkatnya sebagai pemimpin, kecuali dalam perang Khaibar, itu pun dia kembali dengan gagal. Rasulullah saw mengangkatnya sebagai petugas pengumpul zakat, namun Abbas memprotesnya, maka Rasulullah saw pun memberhentikannya. Para sahabat mengecam Abu Bakar di dalam mengangkat Umar sebagai penggantinya. Bahkan Thalhah sampai berkata, 'Anda telah mengangkat Umar, seorang laki-laki yang bersikap kasar dan berhati keras.'

Adapun Umar, orang-orang membawa seorang wanita yang telah berzina yang sedang hamil ke hadapannya, dengan serta merta dia memerintahkan supaya wanita itu dirajam. Ali berkata kepadanya, 'Jika Anda mempunyai alasan untuk merajam wanita tersebut, namun Anda tidak mempunyai alasan untuk merajam bayi yang sedang dikandungnya.' Mendengar itu Umar pun mengurungkan niatnya, lalu berkata, 'Seandainya tidak ada Ali maka celaka lah Umar.'[336]

Umar meragukan kematian Rasulullah saw seraya berkata, 'Muhammad tidak mati dan tidak akan mati'. Akhirnya, Abu Bakar membacakan ayat, 'Sesungguhnya kamu akan mati, dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).' (QS. az-Zumar: 3) Setelah itu baru kemu-dian Umar mengatakan, 'Anda benar.' Umar berkata lagi, 'Sepertinya saya belum pernah mendengar ayat ini.'[337]

Orang-orang membawa seorang wanita gila yang telah berzina ke hadapan Umar. Umar memerintahkan supaya wanita gila itu dirajam.

Namun, Ali berkata, 'Pena terangkat dari orang yang gila hingga dia sadar' Mendengar itu Umar pun mengurungkan niatnya, lalu berkata, 'Seandainya tidak ada Ali maka celaka lah Umar.'[338]

Di dalam khutbahnya Umar berkata, 'Barangsiapa yang meninggikan mahar wanitanya, aku akan masukkan maharnya ke dalam baitul mal. Seorang wanita protes kepadanya, 'Anda mencegah kami dari apa yang telah Allah SWT halalkan bagi kami. Padahal Allah SWT telah berfirman,

'Dan jika kamu ingin mengganti istrirnu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?'

Maka, orang-orang pun berkata, 'Seluruh manusia lebih fakih dari Umar. Bahkan orang-orang yang terbaring di dalam rumah-rumah sekali pun.'[339]

Dia memberikan kepada Hafshah dan Aisyah, masing-masingnya sebanyak dua ratus ribu dirham. Dia mengambil uang dari baitul mal sebanyak dua ratus dirham, lalu kaum Muslimin mengecamnya, kemudian dia berkata, 'Saya mengambilnya sebagai hutang.'[340]

Dia mencegah Hasan dan Husain untuk bisa menerima warisan dari Rasulullah saw, dan mencegah keduanya untuk memperoleh khumus.[341]

Umar memberikan keputusan di dalam masalah hukum dengan tujuh puluh pendapat. Dia melarang dua mut'ah. Dia berkata, 'Ada dua mut'ah yang halal pada masa Rasulullah saw, namun sekarang saya mengharamkannya dan saya akan menghukum orang yang melakukannya.'[342]

Dia menyalahi Rasulullah saw dan sekaligus Abu Bakar, di dalam masalah pengangkatan khalifah, apakah berdasarkan penetapan atau bukan. Dia menjadikan urusan kekhilafahan di tangan enam orang. Kemudian, dia menyalahi dirinya sendirinya dengan menjadikannya berada di tangan empat orang. Selanjutnya, di tangan tiga orang. Berikutnya lagi, di tangan satu orang. Kemudian, Umar menetapkan hak pilih berada di tarigan Abdurrahman bin 'Auf. Umar berkata, 'Seandainya Ali dan Usman bersepakat, maka pendapat yang harus dipegang adalah pendapat yang dikatakan keduanya. Namun, jika suara terpecah kepada tiga suara tiga suara, maka suara yang harus dipegang adalah suara yang mana di dalamnya terdapat suara Abdurrahman bin 'Auf. Karena, Umar mengatahui bahwa Ali dan Usman tidak akan bersepakat dalam sebuah urusan, dan bahwa Abdurrahman tidak akan bersikap adil berkenaan dengan anak saudara perempuannya, yaitu Usman. Selanjutnya, Umar memerintahkan supaya memenggal kepala orang yang terlambat memberikan baiat dalam jangka tiga hari.[343]

Umar juga merobek kertas tulisan yang ada di tangan Fatimah as. Peristiwa itu terjadi pada saat terjadi perdebatan panjang antara Fatimah dan Abu Bakar, lalu Abu Bakar memutuskan untuk mengembalikan tanah fadak kepadanya. Abu Bakar membuat kertas tulisan untuknya. Lalu, Fatimah pun keluar dengan membawa kertas tulisan tersebut. Umar mendekati Fatimah, dan menanyakan apa yang terjadi. Fatimah pun menceritakan apa yang terjadi kepadanya. Mendengar itu dengar serta merta Umar mengambil kertas tulisan yang ada di tangan Fatimah dan merobeknya.[344] Melihat itu, Fatimah melaknat Umar atas perbuatannya. Lalu Ali bin Abi Thalib masuk dan mengecam Umar.

Adapun Usman bin Affan, dia membagikan kekuasaan di antara kaum kerabatnya. Dia mengangkat Walid, saudaranya seibu, sebagai gubernur Kufah. Walid, seorang laki-laki yang suka meminum minuman keras, dan dia mengerjakan salat Subuh dalam keadaan mabuk.[345] Oleh karena itu, penduduk Kufah mengusirnya.

Usman bin Affan memberikan uang yang banyak kepada masing-masing suami dari anak perempuannya yang empat. Dia memberikan kepada masing-masingnya sebanyak seratus ribu mitsgal emas, yang diambil dari baitul mal kaum Muslimin. Dia memberikan beribu-ribu dirham kepada Marwan, yang berasal dari khumus negeri-negeri Afrika.[346]

Utsman melindungi dirinya dari kaum Muslimin dan mencegah mereka untuk dapat menemuinya.[347] Banyak sekali terjadi kemunkaran yang berasal darinya yang berkenaan dengan hak-hak para sahabat. Dia memukuli Ibnu Mas'ud hingga meninggal dunia,[348] dan membakar mushafnya. Ibnu Mas'ud mengecam Usman dan mengkafirkannya.

Usman memukuli Ammar bin Yasir, sahabat Rasulullah saw, hingga patah.[349]

Dia membawa Abu Dzar dari Syam, atas permintaan Muawiyah, dan lalu memukulinya serta membuangnya ke Rabadzah.[350] Padahal, Rasulullah saw sangat dekat dengan ketiga orang tersebut.

Usman tidak hadir di tengah-tengah kaum Muslimin pada saat perang Badar, perang Uhud dan Baiat ar-Ridhwan.

Dialah yang menjadi peyebab Muawiyah memerangi Ali as di dalam masalah kekhilafahan. Tahap berikutnya, Bani Umayyah melaknat Ali as di atas mimbar. Mereka meracuni Hasan, dan membunuh Husain.[351] Selanjutnya, urusan berpindah kepada Hajjaj. Dia membunuh sebanyak dua belas ribu orang dari keluarga Rasulullah saw. Yang menjadi penyebab semua ini ialah, karena mereka menjadikan masalah keimamahan berdasarkan pemilihan dan kehendak mereka. Jika sekiranya mereka mengikuti nas di dalam masalah ini, dan Umar tidak membangkang Rasulullah saw manakala beliau berkata, 'Ambilkan aku pena dan kertas, supaya aku tuliskan bagimu sebuah tulisan yang dengannya kamu tidak akan tersesat sesudahnya', tentu tidak akan terjadi perselisihan dan kesesatan ini."

Yohanes berkata, "Wahai para ulama agama, mereka yang dinamakan dengan kelompok Rafidhah, inilah keyakinan mereka, sebagaimana yang telah kita sebutkan. Adapun keyakinan Anda adalah ini, sebagaimana yang telah kita nyatakan. Anda telah mendengarkan dalil-dalil mereka, dan demikian juga Anda telah mengemukakan dalil-dalil Anda.

Demi Allah, mana di antara dua kelompok ini yang paling benar menurut pandangan Anda?"

Mereka menjawab dengan serentak, "Demi Allah, sesungguhnya kelompok Rafidhah lah yang berada di atas kebenaran. Perkataan-perkataan merekalah yang benar. Namun, keadaan masih seperti se-bagaimana yang sekarang terjadi. Kelompok kebenaran masih sebagai kelompok yang terkalahkan. Saksikanlah oleh Anda, wahai Yohanes, sesungguhnya mulai sekarang kami berpegang kepada kepemimpinan keluarga Muhammad, dan berlepas diri dari musuh-musuh mereka. Hanya saja kami meminta kepada Anda untuk menyembunyikan urusan kami ini. Karena manusia masih berpegang kepada agama raja mereka.

Yohanes melanjutkan ceritanya, "Maka saya pun berdiri dari hadapan mereka, dalam keadaan benar-benar yakin dan berpegang kepada keyakinan saya. Segala puji bagi Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah SWT, maka dialah orang yang mendapat petunjuk.

Kemudian, saya menuliskan tulisan ini dengan tujuan agar dia menjadi petunjuk bagi orang yang mencari jalan keselamatan. Barangsiapa yang membacanya dengan penuh kesadaran, dia akan terbimbing kepada jalan kebenaran, dan akan mendapat pahala. Barangsiapa yang mengunci hati dan lisannya, maka tidak ada jalan baginya untuk mendapat petunjuk-Nya. Allah SWT berfirman,

'Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang Ia kehendaki.' (QS. al-Qashash: 65)

Namun, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang ta'assub,

'Sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidakjuga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, serta penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.' (QS. al-Baqarah: 6-7)

Ya Allah, sesungguhnya kami mengucapkan puji kepada-Mu atas segala nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada kami. Kami sampaikan salawat dan salam atas Muhammad dan keluarganya yang disucikan dari segala dosa, selamanya, dan terus menerus hingga hari kiamat.●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar