Pembicaraan tidak selalu ber arti pemahaman antara dua jiwa Kata-kata yang berasal dari bibir-bibir dan lidah-lidah tidak selalu bisa membawa sepasang hati bersama Ada sesuatu yang lebih agung dan lebih murni dari apa yang diutarakan mulut.

Rabu, Februari 02, 2011

KISAH KEISLAMAN PENDETA KRISTEN


Penulis buku Anis al-Islam adalah seorang pendeta Kristen. Pada bagian pertama buku itu, ia mengetengahkan  kisah keislamannya dibawahjudul al-Mashiral-Mudhatharib (perjalanan  yang Mencemaskan) sebagai berikut.
Penulis buku ini adalah seorang pendeta terkemuka dari keluarga pendeta, karena ayah dan kakeknya juga seorang pendeta. la lahir di dalam Gereja Armenia ". Dan belajar kepada pendeta-pendeta dan uskup-uskup Kristen terkemuka pada zamannya. Di antara mereka adalah Rabi Yohanes Bakir, Pendeta Yohanes John, dan Rabi Aj, serta pendeta-pendeta lain dari sekte Kristen Protestan. Sedangkan dari sekte Kristen Katolik adalah Rabi Talo, Pendeta Kurkuz dan lain-lain.
Pada usia 12 tahun, saya telah menyelesaikan pelajaran ilmu Taurat dan Injil serta ilmu-ilmu kekristenan yang lain. Dalam bidang keilmuan, saya telah mencapai tingkat kependetaan. Ketika hampir menyelesaikan tingkat ini, dan usia saya sudah lebih dari 12 tahun, saya ingin mempelajari akidah dan mazhab-mazhab Kristen. Setelah melakukan penelitian secara terus-menerus dan mendalam, melakukan usaha-usaha yang membosankan, dan berpetualang ke beberapa negara, pada suatu hari saya mendatangi salah seorang pendeta terkemuka,

bahkan seorang uskup yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam dunia Kristen Katolik. Ketenarannya dalam keilmuan, kezuhudan, dan ketakwaan sudah tersebar di antara para pemeluk agamanya.


Orang-orang Kristen Katolik, baik yang jauh maupu yang dekat, seperti raja-raja, orang-orang terpandang dan rakyat jelata mengajukan pertanyaan-pertanyaa keagamaan mereka kepada uskup tersebut. Di samping mengajukan pertanyaan, mereka juga memberikan hadiah yang banyak dan berharga, baik berupa uang maupun berupa barang. Dengan cara itu, mereka menunjukkan keinginan mereka untuk mendapatkan berkah darinya. Mereka juga mengharapkan agar dia mau menerima hadiah-hadiah mereka.
Saya banyak belajar dari uskup tersebut tentang prinsip-prinsip dan akidah-akidah agama-agama serta mazhab­-mazhab Kristen dan berbagai macam masalah yang memerlukan penjelasan hukumnya. Murid beliau sangat banyak, dan saya termasuk di dalamnya. Setiap hari, ruang kuliahnya dihadiri oleh kurang lebih empat ribu sampai lima ribu orang. Kuliahnya diikuti pula oleh para biarawati yang membenci keduniaan, dan telah bernazar bahwa mereka tidak akan menikah dan akan menghabiskan sisa  hidupnya untuk Gereja. Dan di antara mereka yang tinggal di Gereja jumlahnya sangat banyak.
Di antara pengalaman yang menarik buat saya dari perkuliahan itu adalah perhatian para siswanya yang luar biasa kepada saya. Perhatian itu ditunjukan dengan sikap kepercayaan mereka kepada saya sehingga kunci-kunci rumah, lemari makanan dan lemari minuman tanpa ada yang di kecualikan selain kunci sebuah ruangan kecil di dalam gudang rumahnya diserahkan kepada saya. Saya mengira bahwa ruang itu adalah gudang penyimpanan harta milik sang uskup. Oleh karena itu,saya berkata dalam hati,"Uskup ini ternyata adalah seorang pencinta keduniaan." Saya juga pernah berkata sendiri, "la meninggalkan keduniaan untuk mcndapatkan keduniaan. la menampakkan kezuhudan untuk mendapatkan perhiasan-perhiasan duniawi." Saya tinggal bersama uskup tersebut selama 17 sampai dengan 18 tahun hanya untuk belajar akidah berbagai agama dan mazhab-mazhab Kristen hingga pada suatu hari, sang uskup jatuh sakit sehingga tidak bisa memberikan kuliah. Kemudian ia berkata kepada saya, "Anakku, katakan kepada murid-murid saya bahwa keadaan saya tidak memungkinkan untuk memberikan kuliah pada hari ini."
Fariqlitha
Ketika keluar dari rumah uskup, saya melihat murid­-murid uskup sedang berdiskusi tentang masalah-­masalah keilmuan. Diskusi mereka melebar kemudian sampai pada masalah perbedaan pendapat mengenai makna Fariqlitha dalam bahasa Suryani dan Birqulithus dalam bahasa Yunani, yang kedatangannya dikutip oleh Yohanes, penulis Injil keempat, dari Kristus pada bab 14, 15 dan 16. Kristus berkata, "Akan datang Penghibur (Fariqlitha) sepeninggalku"
Diskusi mereka dalam masalah tersebut terus melebar dan perdebatan mereka berlangsung lama dan suara mereka semakin terdengar keras karena masing-masing mereka saling mempertahankan pendapatnya sehingga perdebatan mereka berakhir tanpa menghasilkan suatu kesimpulan yang diiharapkan dan mereka pun akhirnya membubarkan diri.
Setelah saya kembali kepada uskup. la bertanya, "Anakku, apa yang mereka diskusikan pada hari ini ketika saya tidak hadir memberi kuliah?" Saya ceritakan kepadanya tentang perbedaan pendapat orang-orang seputar makna Fariqlitha. Saya sebutkan kepadanya masing-masing pendapat mereka apa adanya. Lalu ia bertanya, "Apa pendapatmu tentang masalah ini? Saya menjawab, "Saya memilih pendapat ahli tafsir si anu." Uskup itu berkata, "Kamu tidak salah dalam hal ini. Dan sebenarnya semua pakar sendiri berbeda pendapat seputar makna Fariqlitha. Sementara penafsiran dan makna yang benar dari kata tersebut hanya diketahui oleh orang-orang yang mendalam ilmu pengetahuannya."
Dengan posisi merunduk dan rendah hati, saya berkata, "Romo, engkau orang yang lebih tahu daripada siapa pun. Beritahulah arti makna kata tersebut  itu kepada saya! Apakah engkau masih kurang percaya kepada saya. Bukankah sejak kanak-kanak hingga sekarang saya telah meninggalkan kehidupan duniawi semata‑ mata untuk untuk mempeelajari berbagai ilmu pengetahuan. saya sangat fanatik pada Kristen dan berpegang teguh pada agama ini. Saya tidak pernah berhenti belajar dan menelaah, kecuali pada waktu sembahyang dan berkhutbah. Apa salah jika engkau menjelaskan makna ini kepada saya?"
Mendengar desakan itu uskup mulai menangis seraya berkata "Anakku, demi Allah, dalam pandangan saya, kamu adalah orang yang paling mulia. Saya tidak bermaksud kikir ilmu sedikit pun kepadamu. Meskipun mengetahui makna kata ini sangat berfaedah, namun para Pengikut al-Masih akan membunuh saya dan membunuhmu jika makna sebenarnya dari kata ini diketahui orang banyak, kecuali jika kamu mau berjanji bahwa kamu tidak akan mengungkapkan makna kata ini kepada siapa pun, baik ketika saya masih hidup maupun setelah saya meninggal, dan kamu tidak menyebut nama saya. Sebab, hal itu bisa mendatangkan bencana besar bagi saya bila saya masih hidup dan bagi keluarga, kerabat-kerabat, dan para pengikut saya bila saya telah meninggal. Tidak mustahil, mereka akan menggali kuburan saya dan membakar jasad saya jika mereka mengetahui bahwa saya telah mengungkapkan makna kata itu."
Saya berkata, "Saya berjanji atas Nama Allah Yang Mahatinggi, Yang Mahaagung, Yang Mahaperkasa, Yang Maha Membinasakan, Yang Maha Mengetahui, dan Yang Maha Menyiksa; atas Nama kebenaran Injil, Isa dan Maryam; atas nama semua nabi dan orang-orang saleh; atas nama semua kitab suci yang diturunkan dari Allah; atas nama para uskup, bahwa saya tidak akan menyebarkan rahasiamu untuk selama-lamanya, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau meninggal."
Setelah merasa tenang, ia berkata, "Anakku, kata ini adalah salah satu nama dari nama-nama yang penuh berkah dari Nabi kaum Muslim. Nama itu berarti Ahmad dan Muhammad" .
Lalu ia memberikan kunci ruangan kecil—seperti yang telah disebutkan sebelum ini—dan meminta saya agar membuka laci yang ada di sana dan mengambil buku yang ada di dalamnya. Saya melakukan semua itu. Saya membawa dua buah buku kepadanya. Ternyata, kedua buku itu berisi tulisan berbahasa Yunani dan bahasa Suryani sebelum kedatangan penutup para nabi, dan ditulis dengan pena di atas kulit. Di dalam kedua buku itu tertulis kata Fariqlitha yang diterjemahkan menjadi Ahmad dan Muhammad.
Kemudian ia berkata, "Anakku, ketahuilah bahwa sebelum Nabi Muhammad saw diutus, para ulama, ahli tafsir, dan para penerjemah al-Masih sepakat bahwa kata itu artinya Ahmad dan Muhammad. Tetapi setelah Nabi Muhammad saw diutus, para uskup mengubah semua tafsir, buku-buku bahasa, dan terjemahan-terjemahan tersebut untuk mempertahankan kekuasaan mereka, untuk mendapatkan harta, untuk mendatangkan manfaat duniawi, karena permusuhan, karena kedengkian, dan karena kecenderungan-kecenderungan nafsu yang lain. Mereka memberikan makna lain terhadap kata ini. Sudah pasti, makna tersebut sama sekali bukan yang dimaksudkan oleh pemilik Injil. Dari susunan ayat-­ayat yang terdapat dalam Injil yang beredar sekarang, dengan mudah dapat diketahui makna ini, yaitu bahwa pewakilan, syafaat, takziah, dan penghiburan itu bukan yang dimaksudkan oleh penulis Injil; dan bukan pula maksudnya roh yang turun pada hari Pentakosta (yaum al-dar) ".Karena lsa as sendiri mensyaratkan kedatangan Fariqlitha dengan kewafatannya. Beliau berkata, Sebab, jikalau aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu ". Sebab, kedatangan dua nabi sekaligus yang mandiri dalam waktu yang bersamaan dan masing­-masing membawa syariat yang umum adalah mustahil. Hal ini berbeda dengan roh yang diturunkan pada hari Pentakosta dan yang dimaksudkan dengan Roh Kudus yang telah turun bersama keberadaan Isa as dan Baum Hawariyun.
Apakah kamu lupa pada ucapan penulis Injil pertarma pada bab 3 dalam Injilnya. la berkata, Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan la melihat Rob Allah, seperti burung merpati turun ke atas-Nya (Matius 3: 16)

Sebagaimana roh itu turun bersama keberadaan Isa as sendiri kepada dua belas muridnya, seperti  dijelaskan oleh penulis Injil pertama pada bab 10 dalam Injilnya: Yesus memanggil kedua belas muridnya memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir rob jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit  dan  segala, kelemaban (Matius 10: 1). Yang dimaksud dengan kuasa atau kekuatan di sini adalah kekuatan rohani, bukan kekuatan jasmani, karena pekerjaan-pekerjaan seperti ini tidak menggunakan kekuatan jasmani. Kekuatan rohani adalah bantuan dari Roh Kudus.
Pada ayat 20 bab yang sama, al-Masih berkata, Karna bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Rob Bapa Dia yang berkata-kata di dalam kamu. Yang dimaksud dengan "Roh Bapamu" adalah Roh Kudus, sebagaimana dijelaskan oleh penulis Injil ketiga pada bab 9 dalam. injilnya: Maka Yesus memanggil kedua belas murid lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasal setan-setan dan untuk menyembuhkan  penyakit-penyakit (Lukas 9: 1).
Selain itu, penulis Injil ketiga pada bab 10 berkata, Kemudian daripada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-berdua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya (Lukas 10: 1). pada ayat 17 ia berkata, kemudian ketujuh puluh  murid  itu kembali dengan gembira dan berkata, "Tuhan, setan-setan juga takluk kepada kaml karena nama-Mu."
Karenanya, turunnya roh tidak disyaratkan dengan kewafatan al-Masih. Jika yang dimaksud dengan Fariqlitha adalah Roh Kudus maka ucapan al-Masih ini merupakan kekeliruan dan tidak bermakna. Padahal, orang yang bijaksana tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak berguna dan tidak bermakna. Apalagi seorang nabi yang memiliki kedudukan yang tinggi seperti Nabi Isa as. Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan Fariqlitha tidak lain selain nama Ahmad dan Muhammad. Inilah makna kata Fariqlitha yang sebenarnya."
Saya berkata, "Apa pendapat Romo tentang agama Kristen?"
la menjawab, "Anakku, agama Kristen sudah dihapus dengan kedatangan agama baru, yaitu agama Muhammad." la mengulangi kalimat ini hingga tiga kali.
Saya bertanya, "Apakah jalan keselamatan dan jalan lurus yang mengantarkan kepada Allah terbatas pada para pengikut Muhammad saw saja? Apakah para pengikutnya termasuk orang-orang yang selamat?"
la menjawab, "Benar, demi Allah. Benar, demi Allah. Benar, demi Allah."


Mengapa Tidak Masuk Islam
Saya bertanya, "Apa yang menghalangi Romo untuk masuk Islam dan mengikuti ajaran penghulu umat manusia, padahal Romo mengetahui keutamaan Islam dan berpandangan bahwa mengikuti ajaran penutup para nabi itu sebagai jalan keselamatan dan jalan lurus yang mengantarkan kepada Allah?"
la menjawab, "Anakku, saya baru mendapatkan pengetahuan tentang hakikat dan keutamaan agama Islam setelah berusia tua. Secara batiniah, saya ini seorang Muslim. Tetapi secara lahiriah, saya tidak dapat meninggalkan kekuasaan dan kedudukan yang tinggi ini, dan engkau melihat kedudukan saya di tengah orang ­orang Kristen. Jika mereka mengetahui kecenderungan saya pada agama Islam maka mereka akan membunuh saya. Bahkan, kalaupun saya selamat melarikan diri dari mereka, maka para penguasa Kristen akan meminta saya dari para penguasa Islam. Hal itu karena pusaka ­pusaka gereja ada di tangan saya dan saya dianggap telah melakukan pengkhianatan terhadap hak-hak mereka, atau saya mengambil sesuatu dari mereka, memakannya dan menghibahkannya. Oleh karena itu, saya kira, para penguasa dan para pemuka Islam akan kesulitan untuk melindungi saya. Bahkan, kalaupun saya terpaksa berlindung kepada orang-orang Islam dan saya berkata kepada mereka, "Saya seorang Muslim," mereka akan berkata, "Selamat bagimu! Kamu telah menyelamatkan dirimu dari neraka jahanam, sehingga kamu tidak perlu berterima kasih kepada kami, karena kamu telah menyelamatkan dirimu dari azab Allah dengan masuk agama kebenaran dan jalan hidayah."
"Anakku, selamat bagimu. Saya akan mengalami suatu keadaan ketika saya tidak memiliki roti dan air. Saya akan hidup sebagai orang tua di tengah kaum Muslim dalam kemiskinan, kecemasan, kelaparan, kehinaan, dan kesusahan, sementara saya tidak mengetahui bahasa mereka. Mereka tidak akan mengenali hak saya dan tidak melindungi kehormatan saya. Saya akan mati kelaparan di tengah mereka dan meninggalkan dunia ini di tengah reruntuhan dan puing-puing. Kamu sudah melihat sendiri banyak orang yang masuk agama Islam tetapi orang-orang Islam sendiri tidak memerhatikan mereka, sehingga orang­orang itu keluar lagi dari agama Islam dan kembali ke dalam agama mereka semula. Akibatnya, mereka mendapatkan kerugian di dunia ini dan di akhirat nanti. Saya juga merasa khawatir tidak sanggup menanggung kesulitan dan bencana di dunia ini. Dan ketika itu saya tidak akan mendapatkan bagian di dunia dan tidak juga bagian di akhirat. Tetapi, alhamdulillah, secara batiniah, saya termasuk para pengikut Nabi Muhammad saw."
Orang tua itu menangis dan saya pun ikut menangis terharu. Setelah lama kami menangis, saya bertanya kepadanya, "Romo, apakah Romo akan menyuruh saya untuk memeluk agama Islam?"
la menjawab, "Jika kamu menginginkan (kebahagiaan) akhirat dan keselamatan maka kamu harus menerima agama kebenaran itu, karena kamu masih muda. Tidak mustahil, Allah akan memberikan kemudahan-kemudahan duniawi kepadamu sehingga kamu tidak mati kelaparan. Saya sendiri akan selalu mendoakanmu agar pada hari Kiamat nanti, kamu melihat saya sebagai seorang Muslim dalam batin dan termasuk para pengikut manusia terbaik. Kebanyakan uskup juga seperti saya dalam batinnya tetapi, seperti juga saya, mereka tidak sanggup secara lahiriah meninggalkan kedudukan duniawi. Sebab, tidak diragukan bahwa agama Islam saat ini adalah agama Allah di muka bumi."
Ketika saya melihat kedua buku tadi dan mendengar pengakuan-pengakuan ini dari orang tua itu, tiba-tiba hidayah penutup para nabi saw dan cinta kepadanya menyelimuti diri saya sedemikian rupa, sehingga dunia ini dan seisinya dalam pandangan saya, sama saja dengan seonggok bangkai. Kedudukan duniawi yang fana, kerabat dan tanah air tidak menjadi penghalang bagi saya, sehingga saya membenci semua itu. Pada saat itu juga, saya berpamitan kepada orang tua itu. Maka orang tua itu mendesak saya agar mau menerima pemberian sejumlah uang darinya untuk bekal perjalanan saya. Lalu saya menerima pemberian itu, dan saya sudah bertekad untuk menempuh perjalanan menuju akhirat.
Masuk Islam
Saya tidak membawa apa-apa selain dua atau tiga buah buku. Barang-barang yang lain, saya tinggalkan. Setelah membulatkan tekad, saya memasuki negeri Armenia pada tengah malam. Pada malam itu juga saya mengetuk pintu. rumah Sayid Hasan Mujtahid yang sangat bergembira menerima kedatangan saya setelah ia mengetahui bahwa saya datang kepadanya sebagai seorang Muslim. Lalu saya memohon kepadanya agar menyampaikan kalam-kalam suci dan mengajarkan ajaran-ajaran Islam kepada saya. Beliau menyampaikan semua itu dan mengajarkannya kepada saya. Saya pun mencatatnya dengan bahasa Suryani agar tidak mudah lupa. Selain itu, saya juga memohon kepadanya agar tidak memberitahukan ihwal keislaman saya kepada siapa pun karena khawatir kaum kerabat dan orang­orang Kristen mendengarnya sehingga mereka akan menyakiti saya atau menggoyahkan iman saya. Lalu pada suatu malam, saya masuk kamar mandi dan membasuh badan untuk mandi tobat dari kemusyrikan dan kekafiran. Setelah keluar dari kamar mandi, saya mengucapkan lagi kalimat syahadat dan saya masuk agama kebenaran ini secara lahir dan batin ".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar