Bagi setiap kebajikan ada balasan amal kebajikan dan bagi tindak kejahatan ada hukumannya pula. Namun balasan dan hukuman itu tidaklah terletak dibalik kebajikan dan kejahatan itu sendiri. Namun balasan kebajikan apakah yang terbaik yang dapat diterima pelakunnya selain tindak kebajikan itu sendiri? Dan hukuman yang peling berat apakah bagi kejahatan kecualii tindak kejahatan itu sendiri?
Perasaan dan emosi yang halus yang menyinari panorama segala bentuk kebajikan dan pertolongan yang diberikan manusia kepada sesamanya merupakan satu motif manusia yang paling luhur. Perasaan semacam inilah yang secara kuat mempengaruhi hati manusia untuk turut merasakan penderitaan dan kesedihan orang lain. Perasaan ini pula yang mempersiapkan hati manusia untuk melakukan segala pengorbanan dan penyangkalan diri (Kezuhudan ).
Adalah kenyataan yang tak terbantahkan bahwa kesenangan dan kesedihan, penderitaan dan kebahagiaan, kemiskinan dan kemakmuran adalah bagian yang tak terelakkan dalam kehidupan manusia. Untungnya, segala macam penderitaan, cobaan dan kesedihan dengan segala kegetiran dan beban yang terkandungnya adalah kesakitan yang dapat disembuhkan, seperti awan kegelapan, dapat disingkirkan dan dibersihkan dengan saling membantu sesama manusia.
Manusia bukan hanya organisme hidup, namun ia juga adalah pembawa pesan universal tentang kebaikan, kebijaksanaan dan kemuliaan manusia. Saling hubungan antara sesama manusia harus didasarkan pada simpati timbal-balik yang tulus, cinta dan kerja sama, bukan didasarkan pada kepura-puraan, pengambilan manfaat dan tindakan-tindakan yang berbau bisnis lainya. Permasalahan kehidupan mustahil dapat diselesaikan tanpaadanya sikap saling memaafkan, pengorbanan dan kemurahan hati kepada sesama manusia pada saat yang kritis. Sebab simpati, pengorbanan diri dan saling memaafkan adalah termasuk pilar-pilar bangunan kehidupan sosial yang didasarkan atas kerja sama.
Manusia baik kelompok maupun individu yang memiliki jiwa seperti itu dalam tindakan sosialnya berarti telah mencapai kematangan penuh. Manusia yang memiliki perhatian terhadap kehidupan, pertama-tama, haruslah memberikan pelayanan dan turut ambil bagian yang nyata dalam memainkan peran untuk menciptakan masyarakat yang kuat dan sehat. Semakin tinggi tingkat kematangan emosional seseorang dan semakin maju cara pandang sosialnya, akan semakin besar pula perhatiannya pada kepentingan orang lain. Berpikir positif dan simpatik terhadap orang lain, sebagai ciri manusia yang maju, akan turut membantu menciptakan lingkungan yang sehat bagi kehidupan individu yang lebih baik. Ilmu ilmu sosial membuktikan bahwa self-interest yang sejati melibatkan perhatian terhadap orang lain, kerjasama dan simpati.oleh karena itu cara pandang sosial dan etik seseorang akan membentuk dasar-dasar kebajikan manusia dan kriteria kepribadian individu.
Namun sebaliknya, ketiadaan jiwa tersebut dalam diri individu dan kelompok merupakan tanda ketertinggalan dan kurangnya kematangan sosial. Pengabaian, sikap acuh-takacuh dan kurangnyarasa tanggung jawab moral mereka adalah pertanda adanya gangguan psikologi dan “penyakit,” yang kesemuanya itu juga merupakan tanda-tanda ketidak matangan sosial. Mereka hanya mengutamakan kepentingan dan kebahagiaan sendiri tanpa memperdulikan kesejahteraan orang lain. Masyarakat semacam ini ibarat kapal yang sedang tenggelam terkena terjangan badai dan masing-masing orang berusaha untuk menyelamatkan dirinya sendir.
Melayani dan berkorban untuk kepentingan orang lain memang pekerjaan yang sulit bagi mereka yang terbiasa hanya mementingkan dan memperhatikan diri sendiri saja, yang dengan rakusnya menginginkan segala sesuatu utnuk dirinya sendiri dan hanya mau berkorban dengan tujuan untuk bisa mencapai tujuannya sendiri. Setiap usaha dan jerih payah menuntut kepahitan, pemikiran dan juga pemahaman.
Usaha-usaha yang dilakukan manusia dapat dibagi menjadi beberapa macam. Salah satu diantaranya adalah memberikan pandangan. Memperluas cakrawala pemikiran, menuntun manusia menuju kebaikan dan pengetahuan tentang realitas dunia ini, dan membantu manusia mendapatkan ganjaran tertinggi di akhirat kelak. Sedangkan usaha yang sebaliknya dari itu akan membawa manusia menuju penyimpangan dan keterpisahan dari realitas; suatu usaha yang secara konstan akan memperbesar lingkaran self-interest di luar batas kewajaran akan membawa kematian bagi kemampuan batin yang menguasai tindak moral manusia.banyak manusia yang merasa dianugrahi kehalusan perasaan dan emosi; mereka selalu sedih jika menyaksikan kepedihan dan penderitaan orang lain. Namun mereka tidak mau ikut campur dalam masalah itu atau ikut memikul tanggung jawab. Mereka menghindari segala tanggung jawab yang mungkin jatuh di pundaknya, yang melibatkan usaha membantu orang-orang miskin baik dalam bentuk uang atau benda-benda lain,atau turut berbagi kesenangan yang dimilikinya. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa mereka tidak ingin ‘terperangkap’ dalam tanggung jawab yang kecil dan sederhana yang kemudian bisa mengantarkan pada kewajiban yang lebih penting lagi.
Turut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain adalah tindakan terpuji. Akan tetapi, apa gunanya jika hal itu tidak mampu mendorong manusia untuk melakukan tindakan nyata dan tidak dapat meringankan beban penderitaan orang lain? Lantas manfaat apa yang bisa diperoleh manusia dari perasaan batin yang tersembunyi dalam hati manusia, tapi tak memberikan pengaruh apa pun bagi kehidupan nyata? Iktikad baik semata-mata tidaklah cukup bagi kehidupan manusia. Kebajikan yang sebenarnya, tak pelak lagi, haruslah melahirkan tindakan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar