Sekian lama Indonesia merdeka, namun nyatanya sederetan problem yang fundamental masih saja belum dapat di atasi. Pertanyaan yang sering di tujukan pada bangsa dan negara kita adalah setelah sete;ah setkian lama indonesia merdeka…
Mengapa korupsi masih meraja lela? Mengapa para koruptor bebas melenggang menikmati hasil korupsinya dan mengembangkan bisnis kotornya?, mengapa para tiran ekonomi kapitalis mutinasional bebas menyedot dan menguras habis kekayaan sumberdaya alam negara kita, dengan perlindungan dan kolaborasi para penguasa pribumi, sambil membiarkan rakyat terendam lumpur dan menderita di tempat-tempat pengungsian?.
Mengapa anak-anak negeri di biarkan kesulitan mendapatkan pendidikan yang layak karena sekolah makin mahal saja biayanya, harga-harga kebutuhan pokok rakyat makin melambung tinggi, mencekik leher, sehingga mereka yang tak tahan dengan tekanan ekonomi rumah tangganya akhirnya bunuh diri dan membunuh anak-anaknya.
Sarana tranformasi umum makin mengancam keselamatan nyawa para penggunanya, rakyat miskin berdesak-desakan di KRL, bak ikan asindi tumpuk di keranjang, sementara kaum elit kaya di kota-kota besar pamer kekayaan dengan konvoi motor-motor mewah dan mobil-mobil mewah mereka dan lain-lain-dan lain-lain, sungguh menyakitkan menyaksikan pemandangan ketimpangan dan ketidak adilan sosial yang semakin menganga dalam tubuh bangsa Indonesia.
Mengapa para elit politik tidak lagi menjalankan kekuasaan dengan mengutamakan azas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berdasarkan ketuhananan yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradap persatuan Indonesia serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ?
Mengapa nilai-nilai pancasila yang merupakan Ideologi kebangsaan di abaikan dan di lecehkan oleh politikus dan para penguasa Negeri?
Mari kita renungkan bencana demi bencana yang telah menimpa bangsa kita, di daratan, lautan dan udara, rentetan bencana dan siksaan tak henti-hentinya menimpa kita saat ini. Mungkin saja karena kita membiarkan penindasan dan ketidak adilan sosial tetap terjadi dengan leluasa, sebagian besar dari kita malah tidak peduli lagi untuk memperbaiki keadaan negeri ini.
Tak ada semangat massal lagi yang sungguh-sungguh untuk melawan para koruptor dan memberaus tikus-tikus yang makin lama makin menghisap dan menggerogoti kekayaan rakyat dan bangsa kita. Tak ada gerakan rakyat yang signifikan untuk melawan para kapitalis birokrat yang merampas dan menyalah gunakan harta kekayaan yang esensinya adalah uang rakyat sehingga menyengsarakan rakyat banyak.
Maka perlu adanya terobosan revolusioner dalam mengungkap kembali dan menghidupkan kembali ruh perjuangan pemuda yang konon dahulu pernah mengusir dan mempermalukan para imperialis asing yang akhir puncaknya dapat mendirikan negara yang sampai sekarang masih dapat kita nikmati. di manakah pemudah itu yang dahulu sering melawan segala penindasan dan memporakporandakan setiap kezaliman dan mengatakan “tidak” untuk setiap penindasan.
Dimanakah semangat itu, yang dahulu setiap saat di teriakkan di kota dan di sudut sudut desa sehingga menggetarkan para musuhnya?.
Semangat itu telah hilang, Ya. Semangat itu telah hilang dan tercerabut dalam dada para pemuda kita, seiring dengan perkembangan jaman semangat revolusi itu telah diinjak-injak oleh penganutnya dan kemudian dengan sadar di lempar oleh para pemeluknya, dan di kubur dalam-dalam di kubangan sejarah kehidupan bangsa kita, semangat itu telah di gantikan oleh ego, sikap oportunis, dan penyembahan pada berhala kapitalis asing yang dengan tangan kita sendiri mempersilahkan untuk menggerogoti hati pemuda kita.
Kapankah semangat itu kembali dan menggelora di setiap dada pemuda untuk mengembalikan Indonesia menjadi negara yang arif,mandiri, berdaulat dan mengembalikan citra dan martabat bangsanya???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar