Sebelum memeluk agama Islam, saya menjalani hidup sebagai seorang Yahudi. Walaupun keluarga saya bukan tradisional, tetapi saya belajar judaisme dari yahudi tradisional. Saya pergi ke sinagog Yahudi, dan sekolah Ortodok Yahudi. Begitulah cara saya menjalani kehidupan, di sebuah komunitas Yahudi di Amerika dengan keanekaragaman yang paling minim. Saya juga tidak punya teman yang bukan Yahudi. Setahun yang lalu, saya mulai melakukan chatting dan e-mail saya perlahan-lahan dipenuhi dengan teman-teman muslim.
Minat untuk mengetahui agama lain mulai tumbuh dalam diri saya. Saya memberi perhatian khusus kepada Islam, karena saya tahu bahwa agama ini tidak jauh beda dengan faham Yahudi. Kami punya kesamaan mulai dari para nabi, moral, nilai dan paling utama, kami sama-sama menyembah Tuhan yang Esa, yaitu Allah. Walaupun banyak mengetahui tentang Islam dan faham benar bahwa ia adalah sebuah agama perdamain, saya tidak dapat mengatakan bahwa saya tidak punya cara pandang negatif.
Saya bernasib baik karena punya ramai teman muslim secara online, salah seorangnya adalah teman wanita yang saya anggap sebagai pembimbing saya kepada Islam. Dia telah menggiring saya ke pintu Islam, dan Allah swt telah membuka hati saya. Sekalipun demikian, saya mendengar serangan teroris, seperti orang lain, tapi pada saat yang sama saya menganggap bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh ekstrimis Islam.
Banyak sekali terjadi aksi teroris. Tetapi kita mesti bertanya pada diri kita, apakah yang menyebabkan orang-orang ini menjadi ekstrimis? Adakah agama mereka benar-benar mengajar untuk membunuh orang-orang tak berdosa? Realitasnya tidak demikian. Nabi Muhammad adalah seorang pejuang yang agung. Begitu juga ia tidak pernah membunuh orang yang tak bersalah. Saya dapati Islam adalah agama yang mengajar kita menghormati pihak lain, berdamai dan sangat toleran.
Tidak pernah agama ini menyuruh penganutnya membunuh seorang kafir yang tak bersalah. Seorang muslim yang sejati tidak pernah memaksa orang lain masuk Islam, malah, mereka diajar untuk berbagi pengetahuan mereka dengan dunia, itulah yang saya harapkan lewat artikel ini. Dalam Quran sebuah pelajaran berharga yang harus direnungi ialah "membunuh seseorang, sama dengan memusnahkan dunia."
Surah al-Maidah ayat 32 menyebutkan, "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi."
Setelah menyadari bahwa Islam bukan sebuah agama perang, saya mula melihat dengan lebih mendalam akan ajaran agama ini. Dengan cara tersebut, saya mulai mendapati kelemahan dankekurangan dalam agama saya sendiri. Menurut Old Testamen atau Taurat, Nabi Harun as telah melakukan dosa yang besar. Karena tekanan yang dilakukan oleh orang-orangnya saat menantikan kepulangan Nabi Musa dengan kitab Taurat dari Gunung Sinai, ia telah membina sebuah berhala.
Bagaimana mungkin seorang nabi melakukan salah satu dosa besar yang mana seseorang itu lebih baik mati dari pada melakukannya?? Dalam al-Quran, Nabi Musa turun dan melihat warga Yahudi menyembah anak lembu emas. Beliau menegur Nabi Harun karena membiarkan kaumnya menyembah anak lembu tersebut. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini.
Adakah Tuhan akan memberikan ampunan atas dosa ini? Pandangan saya akan kisah ini bersesuaian dengan pandangan Islam bahwa Old Testamen telah banyak berubah. Pada masa lalu, banyak sekali pemimpin agama yang korup. Mungkin saja mudah bagi mereka untuk mengubah agama Yahudi untuk membuatnya mudah diamalkan dan menghemat waktu bagi mudah mereka membuat uang dengan profesi mereka??
Satu lagi faktor menarik yang membuat saya tertarik pada Islam adalah kebenaran saintifik yang terdapat dalam al-Quran. Al-Quran menyebut bahwa perkembangan embrio manusia lama sebelum ditemui oleh sains. Dalam surat al-Mu'minun ayat 12-14 Allah Swt berfirman, "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
Al-Quran juga menyebut bagaimana gunung-gunung terbentuk dan lapisan atmosfir! Ini hanyalah beberapa dari banyak penemuan saintifik yang disebutkan dalam al-Quran 1400 tahun yang lalu sebelum ditemukan oleh sains. Di sinilah faktor kunci yang telah membuka hati saya untuk mencari kebenaran. Dalam bahasa Arab, kata-kata Islam datang dari salama yang bermakna "menyerah", "kesucian" dan "perdamaian" semuanya datang dari akar yang sama. Orang yang menyerah kepada yang Esa, Yang Maha Pengasih, dan Yang Maha Penyayang Allah. Sementara agama-agama lain mengambil nama orang; Yahudi/Judaism datang dari kaum Judea, Kristian dari Nabi Isa, dan sebagainya. Islam adalah kata-kata yang datang dari kata perbuatan; barang siapa yang menyerah kepada Allah dan percaya kepada para nabi adalah seorang muslim yang sejati.
Banyak dari nabi-nabi yang disebut dalam Old Testament hidup sebelum Judaisme dan Judea; mereka menyerah kepada Tuhan, dan oleh itu mereka adalah semuanya muslim. Dan kita harus hidup seperti mana para nabi menjalani kehidupan mereka, karena mereka adalah insan-insan yang agung.
Mengingat saya masih muda dan tinggal di sebuah kawasan yahudi, maka sudah pasti sulit untuk mereka menerima keyakinan saya. Orang tua saya dan saudara-saudara saya sangat dihormati. Oleh itu, saya tidak tahu apa reaksi mereka terhadap anak mereka yang memeluk agama Islam. Makanya saya tidak dapat mengamalkan ajaran Islam sepenuhnya.
Tetapi Alhamdulillah, saya bisa menunaikan shalat lima waktu sehari dan saya bisa meneruskan pelajaran Islam saya secara online. Sekurang-kurangnya saya bisa secara terbuka untuk mempercayai Tuhan serta melahirkan perasaan tersebut di sana. Tapi masalah ini tidak mudal dalam beberapa hal. Adakalanya saya menjadi emosional waktu berdebat mengenai sesuatu yang melibatkan umat Islam, contohnya Timur Tengah. Ketika saya menyebut tentang Israel, seluruh anggota keluarga menyokong Israel dan tidak tahu apa sebenarnya yang berlaku keatas orang-orang Palestina. Saya berpikir mereka harus melayani warga Palestina dengan lebih baik. Ketika mereka berbicara mengenai situasi ini, saya merasa sungguh prihatin, terutama jika mereka membawa ide tanah suci Yahudi dan Tanah air yang dijanjikan.
Saya belum lagi memberitahu kedua orang tua saya saya bahwa saya telah memeluk agama Islam. Itulah sebabnya saya tidak bisa menghadiri shalat di masjid. Seperti yang telah saya ceritakan bahwa kawasan tempat tinggal saya tidak punya keberagaman. Semua masjid terletak jauh dari kawasan tersebut. Saya tidak pernah berpeluang untuk mengucapkan syahadah di hadapan saksi walaupun saya melafazkannya sendirian dan Allah menjadi saksinya.
Setahun lagi ketika usia saya 16 tahun, saya bisa mengendarai mobil sendiri ke masjid, insyaallah. Yang paling penting saya bisa memperbaiki diri saya. Saya berusaha menghindari teman-teman saya yang terlibat dalam narkotika, menonton film-film porno, menenggak minuman beralkohol dan mencuri. Bukan mudah untuk menghindari teman-teman akrab, tetapi saya senantiasa berusaha demi mencari keridhaan-Nya. Saya berharap sungguh pribadi saya adalah seperti yang dikehendakki Tuhan.
Saat belajar al-Quran. Nasihat saya adalah lebih baik anda membacanya sendiri. Membaca al-Quran lewat situs-situs di internet sangat bias. Anda sudah pasti tidak akan dapat melihat isi kandungan Quran dengan baik. Sebagai contoh, istilah perang. Anda akan menemukan istilah ini dikait-kaitkan dengan Islam yang membuat anda berpikir bahwa Islam adalah agama perang.
Jika anda terus membacanya anda akan mendapati bahwa Islam hanya mengumumkan perang ketika pihak lawan yang memulainya. Disepanjang pengalaman ini saya mendapati bahwa saya tidak menemukan Islam, tetapi saya telah memeluk Islam kembali. Saya tidak berubah, tapi saya kembali ke asal. Saya merasa tengah berjalan dari relung-relung kegelapan kepada cahaya. Islam telah membuat saya bertambah kuat, lebih maknawi, dan menjadi insan yang lebih baik. Semoga Allah membimbing kita semua ke jalan kebenaran seperti diri saya. (IRIB/Islamonline)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar