Pembicaraan tidak selalu ber arti pemahaman antara dua jiwa Kata-kata yang berasal dari bibir-bibir dan lidah-lidah tidak selalu bisa membawa sepasang hati bersama Ada sesuatu yang lebih agung dan lebih murni dari apa yang diutarakan mulut.

Kamis, Desember 30, 2010

Landasan Intelektual dan Teologis Terorisme Zionis


Theodore Herzl-penggagas Kongres Pertama Zionis pads 1896 (ketika jumlah orang-orangYahudi di Palestina kurang dari dua puluh ribu jiwa)-dalam bukunya "Negara Yahudi" (The Jewish State-peny.), menulis sekaitan dengan pembentukan negara Yahudi di Palestina, "Negara Yahudi, yang akan didirikan di Palestina, harus menjadi bagian tak terpisahkan dari tembok pertahanan Eropa di Asia clan salah satu benteng peradaban di hadapan barbarisme."

Dalam catatan hariannya, ia menulis, "Kita harus berusaha mengusir warga miskin ke arah perbatasan, dan memberikan lapangan kerja hanya di negara tempat mereka diusir. Kita tidak boleh memberi mereka kesempatan kerja di negara kita ini:"

Selanjutnya ia mengatakan,"Bila kita pindah ke tempat yang dihuni hewan-hewan buas yang tidak lazim bagi orang-orang Yahudi (seperti ular-ular besar), saya akan berusaha melenyapkan hewan-hewan itu dengan memanfaatkan penduduk pribumi. Setelah itu, kita mencari lapangan kerja bagi orang-orang ini di negara tempat mereka digiring:'

Pernyataan-pernyataan semacam ini,yang ibarat lisensi untuk menjadikan penduduk asli Palestina sebagai tumbal ketamakan Zionis, adalah sumber pertama kekerasan dan terorisme Zionis di Palestina.

Setelahnya, Chaim Azriel Weizmann-yang termasuk dari para pemimpin Zionisme mengirim catatan ke Dewan Tinggi Konferensi Perdamaian di Paris, pada 3 Pebruari 1919. Dalam catatan itu, ia menyebutkan Batas minimal teritorial negara Yahudi yang akan datang. Menurutnya, bakal negara ini meliputi semua kawasan Palestina, Selatan Lebanon, Selatan Suriah hingga Damaskus,Teluk Aqabah, rel kereta api Hijaz sampai Ma'an, dan sumber-sumber air Yordania di kaki pegunungan Jabalusy Syekh.

Dalam catatan ini, tanpa menyinggung aksi teror Zionis terhadap warga Palestina, ia menentukan Batas-Batas yang diasumsikan sebagai calon negara Yahudi. Secara tidak langsung, ia juga menjustifikasi dasar-dasar intelektual-politis operasi kekerasan dan teror kaum Zionis terhadap warga Palestina.

Ze'ev Vladimir Jabotinsky, salah seorang pemimpin ekstrim dan revisionis Zionis, berkata kepada orang-orang yang sependapat dengannya,"Taurat dan pedang diturunkan atas kita dari Iangit...Hanya engkaulah yang menempuh jalan benar, dan semua orang selainmu berada dalam kekeliruan. Jangan berusaha mencari dalih untuk hakikat ini, karena itu tidak harus dan juga tidak benar. Bila kau mengakui sekali saja bahwa musuh-musuhmu berada di jalan yang benar dan kau keliru, kau tidak akan bisa lagi meyakini apa pun di dunia ini. Ini bukan cara melakukan sebuah tindakan. Di dunia, hanya ada satu hakikat dan itu sepenuhnya berada di tanganmu:'"

Menahem Wolfovich Begin, salah seorang pemimpin rezim Zionis terdahulu dan sekaligus seorang teroris, dalam bukunya, The Revolt, Story of the Irgun, menulis, "Sejak masa ayahku, aku telah belajar bahwa kami orang-orangYahudi harus `kembali' ke tanah Israel. Keliru bila kami mengatakan `pergi' atau `melakukan perjalanan' atau `datang'. Kami harus berkata dengan tegas `kami kembali'. Ini sangat berbeda dengan (kalimat) sebelumnya, perbedaan yang meliputi segalanya”.

Begin dalam mendefinisikan Batas geografis tanah yang diklaim Israel, juga menambahkan Tepi Barat dan Timur Sungai Yordania (selain semua tanah Palestina), serta menganggapnya Sebagai peninggalan bagi semua orang Yahudi. Terkait dengan legalitas absolut, yang bermanifestasi dalam keyakinan Zionisme, is berkata, "Supaya Anda bisa membiarkan pintu selalu tetap terbuka bagi gerakan tersembunyi, Anda memerlukan lebih dari sekedar permainan kata-kata. Masalah terpenting adalah kesadaran internal dan substansial bahwa sesuatu yang `legal' dijadikan `ilegal'. Dan sebaliknya, sesuatu yang `ilegal' dijadikan `legal'. Kita meyakini legalitas semua tindakan ilegal kita:''

Di lain tempat, ia juga mengatakan,"Jadilah saudaraku. Bila tidak, maka aku akan membunuhmu:'

Dalam buku The Revolt, is menulis,"Aku juga menulis buku ini bagi orang-orang non-Yahudi, karena aku khawatir mereka tak percaya atau lupa bahwa ada generasi baru manusia yang akan muncul. Selama lebih dari seribu delapan ratus tahun, dunia tak pernah melihat generasi semacam ini. Generasi yang lahir dari darah, air mata, api, dan abu ini adalah generasi prajuritYahudi”.

Seluruh buku ini dipenuhi dengan atmosfer kedengkian dan kebencian, yang tidak berusaha disembunyikan Begin. Bahkan, secara terang-terangan ia berkata,"Descartes mengatakan,'Aku berpikir, maka aku ada.' Namun aku mengatakan,'Aku berperang, maka aku ada."

Sikap terorisme Zionis dibangun di atas suatu landasan,yang intisarinya sebagai berikut :

Keberadaan warga Arab adalah ilegal. Apa yang terlihat 'legal’ bagi mereka, tidak lebih dari suatu hal ilegal ala Britania. Sebab itu, Begin mengakui bahwa Irgun, dengan kerjasama partai revisionis Jabotinsky dan Organisasi Besar di Eropa Timur, menganggap diri mereka bertugas untuk memindahkan ribuan orang Yahudi secara ilegal ke Palestina (walau Inggris dan orang-orang Arab menentang keras upaya ini).

Begin menamakan buku dan gerakannya sebagai `revolusi'.

Kamuflase ini adalah prinsip Zionis yang menampakkan hal ilegal menjadi legal. Pada hakikatnya, ini tak lain sekadar upaya untuk menutupi terorisme Zionis haus darah, yang membentuk esensi gerakannya. Berdasarkan prinsip ini, terorisme Zionis tidak mesti ditujukan kepada orang-orang Arab saja. Bila ada tuntutan kepentingan, sesama Yahudi pun bisa dikorbankan. Sehubungan dengan peristiwa tenggelamnya kapal Patria yang memuat warga imigran Yahudi, Begin menulis, "Kapal Patria yang sampai ke pelabuhan Haifa dengan membawa para imigran Yahudi, tidak bisa keluar dari pelabuhan sama sekali, karena para teroris Yahudi (Begin sendiri yang menggunakan istilah teroris) menaruh bom dalam kapal itu untuk menghalanginya bergerak. Akibat ledakan kapal, lebih dari dua ratus orang Yahudi tewas atau tenggelam.

Oleh karena itu, menurut Begin, tidak hanya pembantaian warga Palestina saja, bahkan terbunuhnya warga Yahudi lebih baik ketimbang mereka dilarang untuk memasuki Palestina. la menjustisfikasi aksi teror peledakan kapal Patria hanya karena pejabat Inggris melarang para imigran Yahudi mendarat di pelabuhan Haifa.

Selain Herzl, Jabotinsky, dan Begin, hingga kini banyak pemimpin Zionis yang menulis buku dalam rangka menjustifikasi operasi-operasi teror terhadap warga Arab. Dalam buku-buku ini, mereka menyiapkan landasan-landasan intelektual-teologis terorisme, bagi orang-orang Yahudi. Bila kita ingin menemukan dasar-dasar pemikiran terorisme Zionis di tengah banyaknya materi buku-buku perihal aksi teror kaum Zionis, kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa terorisme Zionis-secara intelektual dan teologis-ditegakkan di atas beberapa subjek dan mukadimah. Sebagian di antaranya adalah:

  • Keyakinan mutlak terhadap militerisme, dan mendidik generasi Zionis berasaskan keyakinan ini.

  • Menafikan hak-hak alamiah Bangsa Palestina secara mutlak, sampai-sampai pembantaian atas etnis Arab menjadi hal yang ideal bagi kaum Zionis.

  • Menggunakan segala cara dan sarana-sebetapa pun kejinya-demi mewujudkan tujuan Zionisme di tanah Israel, sehingga aksi teror dan menyebarkan rasa takut menjadi hal biasa dan menjadi bagian dari keseharian mereka.

  • Bertumpu pada paham "keunggulan mutlak" kaum Zionis, sehingga manusia-manusia selain mereka dianggap lebih rendah dan hina.

  • Menurut kaum Zionis, tujuan penerimaan keyakinan Zionisme adalah keselamatan tanah air Yahudi. Hal ini membangkitkan kedengkian buta terhadap kaum Muslim dan dijustifikasi sebagai bagian dari keimananYahudi. Dalam pandangan mereka, tanah Israel harus dibersihkan dari Kaum Muslim.

  • memata-matai pihak lain, sehingga mereka tidak segan-segan melakukan segala bentuk kejahatan demi mewujudkan tujuan mereka.

  • Keyakinan bahwa perpindahan ilegal Bangsa Yahudi ke Palestina, dengan segala bentuk dan sarananya, hanyalah salah satu tahap dari proses penempatan kaum Zionis di tanah ini.

Ada banyak bukti lain yang tersebar di berbagai sumber yang menjelaskan dasar-dasar pemikiran terorisme Zionis. Terrkait masalah ini, Moshe Menohen-salah seorang Yahudi anti-Zionis menulis,"Kami adalah alumni pertama `Kuil Suci' nasionalisme politik Yahudi, yang telah menyerahkan diri kami untuk membersihkan Palestina dari orang-orang non-Yahudi. Saya tahu apa yang saya bicarakan, karena selama ini saya mengikuti aktivitas-aktivitas kelompok saya. Saya sudah mengorbankan seluruh hidup saya untuk bebas dari filsafat primitif buta perihal nasionalisme Yahudi, di mana saya melihat semacam egoisme kolektif bak penyakit di dalamnya. Nasionalisme ini menganggap dirinya sedemikian `absolut', seakan-akan dunia berutang budi pada mereka. Nasionalisme ini sama sekali tidak terikat dengan apa pun dan siapa pun”.

Berdasarkan landasan teologis dan pemikiran Zionis, mereka membebaskan diri mereka dari segala ikatan moral yang biasanya menjadi komitmen kebanyakan manusia. Mereka memperbolehkan segala bentuk kejahatan, sebetapa pun menakutkan dan kejinya. Mereka melakukan semua kejahatan ini (termasuk teror) dengan nama dan untuk"Negara Zionis."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar