Konferensi ‘Inovasi dan Ijtihad Menurut Pandangan Ayatollah Khamenei' yang membahas berbagai dimensi keilmuan dan ijtihad Ayatollah al-Udzma Khamenei digelar di Lebanon dengan dihadiri oleh para ulama, intelektual dan cendekiawan dari berbagai negara. Penyelenggaraan konferensi ini di luar Iran menunjukkan besarnya pengaruh pemikiran Ayatollah al-Udzma Khamenei di dunia Islam. Ketua panitia konferensi yang juga menjabat sebagai direktur pusat kajian agama dan filsafat ‘Al-Maarif al-Hikamiyyah' Hojjatul Islam Shafiq Jaradi mengatakan, pengalaman Imam Khamenei dapat memicu semangat untuk memajukan gerakan revolusi rakyat dalam mewujudkan cita-citanya. Revolusi memang terus bergerak maju.
Akan tetapi cita-cita paling penting dari revolusi ini adalah seperti yang digariskan oleh Imam Khamenei yaitu menciptakan peradaban Islam di kawasan. Beliau menyeru anak-anak bangsa di kawasan untuk mewujudkan cita-cita itu.Jaradi mengatakan, sejak awal saya sudah menyadari bahwa kita berhadapan dengan sosok pemikir yang sangat istimewa. Kita banyak memiliki pemikir besar di Dunia Islam. Mereka menjadi pemikir besar setelah menelaah dan mempelajari banyak pemikiran. Mereka mengkomparasikan pemikiran yang ada dengan kondisi di tengah masyarakat Islam lalu menyesuaikan pandangan mereka dengan kondisi yang ada. Dengan demikian mereka merasakan kesulitan yang dihadapi masyarakat Muslim lalu melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajiban syar'i mereka.
Dia menambahkan, "Akan tetapi, Imam Khamenei adalah sosok figur yang berkembang dalam berbagai periode dan kondisi yang berbeda. Pandangan dan pemikiran beliau terbentuk dari pemahaman yang beliau dapatkan dari realita dan pengalaman mengendalikan keadaan secara nyata. Dalam hal membentuk pemerintahan, melahirkan revolusi, mewujudkan sebuah masyarakat, dalam masalah ekonomi, kematangan akhlak masyarakat dan dalam banyak hal secara umum beliau adalah figur yang punya keahlian dan memahami semua itu dengan baik."
Pembicara pertama yang menjadi pembuka konferensi ini adalah Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrullah. Dalam pembicaraannya, Nasrullah menyebut pandangan Imam Khamenei sebagai pandangan strategis dan sempurna. Sekjen Hizbullah mengatakan, "Dengan mengenal akan berbagai sisi kepribadian beliau, dapat saya katakan bahwa yang ada di hadapan kita ini adalah seorang figur besar dalam kepemimpinan, ketaqwaan, fiqh dan ijtihad."
Nasrullah menyatakan bahwa dirinya mengenal banyak pemikiran, pandangan, dasar-dasar pemikiran, metode analisa dan pandangan Imam Khamenei tentang berbagai peristiwa yang terjadi, juga cara kepemimpinan, pengaturan dan pengambilan keputusan beliau. Nasrullah menambahkan, "Berhadapan dengan sosok pribadi yang agung dan istimewa. Kebanyakan orang di tengah umat ini tidak mengenal beliau sama sekali dan sedikit sekali orang yang benar-benar mengenal figur ini."
Sekjen Hizbullah menjelaskan, "Ketika Konferensi Madrid digelar tahun 1991, dunia tengah mengalami perubahan perimbangan peta kekuatan. Terjadi perubahan besar-besaran di kawasan dan dunia. Saat itu pemerintah Amerika mengumumkan niatnya untuk menyukseskan proses damai (Arab-Israel, pent). Dalam situasi seperti itu, banyak yang beranggapan bahwa perdamaian itu bakal segera terwujud. Dan sepertinya semua orang berpandangan bahwa Amerika akan memaksakan perdamaian yang dimaukannya. Dalam situasi seperti itu, Imam Khamenei justeru berpandangan lain. Beliau mengatakan bahwa konferensi [Madrid] tidak akan membuahkan hasil. Proses damai ini tidak akan berhasil dan Amerika tidak akan mampu memaksakan perdamaian. Hari ini, setelah 20 tahun berlalu, dari lisan orang-orang yang ikut serta dalam Konferensi Madrid kita mendengar pernyataan-pernyataan yang menyebut masa dua dekade keterhinaan, pesimisme dan kesalahan yang dihasilkan oleh proses perundingan damai itu."
Lebih lanjut Nasrullah menyebutkan contoh lain yaitu tentang perundingan damai Israel dan Suriah. Sayyid Hassan Nasrullah mengatakan, "Semua tentu masih mengingat kemajuan besar yang dicapai dalam proses perundingan antara Israel dan Suriah tahun 1996. Saat itu [Yitzhak] Rabin menjanjikan mundurnya Israel dari dataran tinggi Golan sampai garis perbatasan 4 Juni 1967. Dalam kondisi seperti itu, di kawasan kita muncul keyakinan bahwa perdamaian ini pasti akan terjadi dan proses ini hanya menyisakan rincian masalahnya saja. Karena itu kita didesak untuk tidak menyusahkan diri. Di saat kita diseru untuk menghentikan muqawama, gerakan muqawama sedang mengukir kemajuan pesat. Mereka juga terus menerus mengatakan bahwa masalah sudah selesai sehingga tidak perlu lagi kita berkorban. Dalam situasi seperti itu, Imam Khamenei dengan jelas mengatakan kepada kami, bahwa masalah ini tidak akan selesai dan perdamaian antara Israel dengan Suriah, lalu Lebanon tidak akan terwujud."
Imam Khamenei, kata Nasrullah, sering berbicara tentang kemenangan muqawama. Beliau selalu menyatakan keyakinannya akan kemenangan ini. Keyakinan itu berakar pada masalah aqidah. Setelah tahun 1996, beliau mengatakan bahwa Israel kini terjebak dalam lumpur air. Tidak mungkin dia maju dan kembali menduduki Lebanon, tidak bisa mundur dan tidak bisa pula tetap bertahan. Karena itu kita mesti menanti apa yang akan terjadi dan itu terjadi berkat muqawama. Sekjen Hizbullah menandaskan, "Imam Khamenei mengatakan kepada kami untuk mempersiapkan diri menyambut keberhasilan ini dan membuat strategi untuk periode pasca mundurnya Israel. Karena itu, ketika Israel mundur kami tidak terkejut bahkan kami sudah sepenuhnya siap."
Hal lain yang disinggung Nasrullah tentang ketajaman pandangan Imam Khamenei dalam membaca situasi adalah peristiwa perang 33 hari. Nasrullah mengatakan, "Dalam perang 33 hari yang sebenarnya adalah perang dunia, keputusannya sudah ditentukan di tingkat internasional yang juga didukung oleh sebagian pihak di Dunia Arab dan dilaksanakan oleh Israel. Target perang ini adalah penghancuran muqawama di Lebanon. ... Di saat seperti itu, di pinggiran kota Beirut, saya mendapat pesan dari beliau. Ketika itu gedung-gedung di kawasan Dhahiyah Beirut hancur terkena gempuran bom. Dalam pesan itu Imam Khamenei mengatakan, ‘Bertawakkallah kepada Allah. Saya katakan kepada kalian bahwa kalian pasti akan menang. Bahkan saya katakan setelah perang berakhir dan kalian keluar sebagai pemenangnya, kalian akan menjadi kekuatan yang tak akan bisa ditundukkan oleh kekuatan manapun.' Nasrullah lalu menyampaikan pertanyaan, "Siapakah yang bisa berbicara dan meramalkan kemenangan seperti ini di hari-hari pertama perang?"
Mengenai peristiwa 11 September saat semua orang terguncang, banyak yang menduga bahwa kawasan kita ini telah memasuki periode Amerika dan berada di bawah kekuasaan dan kendali langsung Amerika. Kekuasaan ini akan bertahan sampai seratus atau dua ratus tahun di kawasan. Sebagian orang menyamakan perang Amerika ini dengan perang Salib. Tapi Imam Khamenei dengan pandangan strategiknya mengatakan, "Jangan cemas. Amerika telah sampai di puncaknya. Mulai sekarang kita akan menyaksikan kejatuhannya. Kejatuhan Amerika terjadi sejak negara itu datang menduduki Afghanistan dan Irak. Mereka tengah bergerak ke arah jurang, dan ini adalah akhir bagi Amerika dan kepentingannya di kawasan. Kalian harus bertindak atas dasar ini."
Imam Khamenei juga meyakini bahwa Israel sedang bergerak menuju kehancuran. Beliau juga meyakini bahwa kehancuran Israel akan terjadi tak lama lagi. Nasrullah menambahkan, "Kami semakin bisa memahami apa dikatakan oleh Imam Khamenei tentang Israel, tentang kemunduran Amerika, kemenangan Perang Juli dan Perang Gaza. Kami telah menyimpulkan bahwa Israel insya Allah dalam waktu yang sangat dekat akan segera sirna. Pandangan yang tepat tersebut didasari oleh pemahaman besar pemimpin yang pemberani ini akan fakta yang ada."
Pembicaraan tentang pandangan dan pemikiran Ayatollah al-Udzma Khamenei juga disampaikan oleh sejumlah pemikir dan cendekiawan lainnya. Mereka menyatakan bahwa pemikiran dan pandangan Imam Khamenei tentang perkembangan yang ada di dunia Islam khususnya menyangkut kebangkitan Islam adalah pandangan yang tajam yang bermuara pada pemahaman beliau yang dalam akan kondisi dunia dan ketajaman beliau dalam menganalisa keadaan di Dunia Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar