Pembicaraan tidak selalu ber arti pemahaman antara dua jiwa Kata-kata yang berasal dari bibir-bibir dan lidah-lidah tidak selalu bisa membawa sepasang hati bersama Ada sesuatu yang lebih agung dan lebih murni dari apa yang diutarakan mulut.

Sabtu, Mei 14, 2011

Ilmu Imam Ali as Dalam Bidang Matematika

Upah Penggali Sumur

Dia sepakat dengan seorang penyewanya akan menggali sumur sedalam 10 kali tinggi badan, dengan upah 10 dirham. Si penggali sumur tiba-tiba berhenti, setelah menggali sedalam 1 tinggi badan. Mereka kemudia menemui Amirul Mukminin as untuk bertanya, berapa upah si penggali sumur ini? Imam Ali as menjawab, “Bagilah 10 dirham menjadi 55 bagian, satu bagian darinya berikan kepada penggali sumur.”


Salah satu masalah matematika, karena usaha menggali tanah dengan kedalaman 2 meter sama dengan dua kali lipat menggali tanah dari kedalaman 1 meter, dan seterusnya sampai kedalaman 10 meter.

Untuk menghitung upah dalam tiap tinggi badan, perhitungan kita untuk sumur adalah: 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10=55.

Dengan argumen inilah, Imam Ali as mengatakan, “Bagilah 10 dirham menjadi 55 bagian.” Misalnya, jika upah menggali sumur sedalam 10 meter itu adalah 5500 rupiah, maka upah setiap meternya adalah:

5500/55= 100 rupiah upah menggali 1 meter pertama.

100 x 2 = 200 rupiah upah menggali meter kedua.

100 x 3 = 300 rupiah upah menggali meter ketiga.

100 x 4 = 400 rupiah upah menggali meter keempat.

100 x 5 = 500 rupiah upah menggali meter kelima.

100 x 6 = 600 rupiah upah menggali meter keenam.

100 x 7 = 700 rupiah upah menggali meter ketujuh.

100 x 8 = 800 rupiah upah menggali meter kedelapan.

100 x 9 = 900 rupiah upah menggali meter kesembilan.

100 x 10 = 1000 rupiah upah menggali meter kesepuluh.

Oleh karena itu, ketika masalah tersebut dinyatakan kepada Imam Shadiq as, beliau menjawab, “Bagilah 10 dirham menjadi 55 bagian dan seperlima puluhnya diberikan kepada si penggali sumur.”[1]


Penyelesaian Perselisihan

Dua orang dalam perjalanan duduk di depan meja makan, yang satu mengeluarkan 5 potong roti, dan yang lain mengeluarkan 3 potong roti. Keduanya meletakkan roti di atas satu meja. Ketika hendak makan, datang orang Arab dan duduk bersam mereka. Salah satu kebiasaan orang Arab jika lapar dan ada makanan di atas meja makan, mereka akan duduk untuk makan. Maka tiga orang tersebut makan bersama 8 potong roti di atas satu meja. Si tamu (orang Arab) menaruh delapan dirham di atas meja lalu pergi. Kemudian dua orang itu berselisih dalam membagi 8 dirham, pasalnya pemilik 5 potong roti ingin mengambil 5 dirham dan sisanya 3 dirham diberikan pada pemilik 3 potong roti tetapi tidak setuju. Akhirnya, mereka terpaksa mendatangi Imam Ali as.

Imam Ali as berkata, “Damai saja kalian!” Tetapi mereka tidak mau berdamai. Mereka meminta penjelasan yang benar dari Imam Ali as. Beliau berkata, “Tujuh dirham untuk di pemilik 5 potong roti dan 1 dirham untukmu (si pemilik 3 potong roti).” Si pemilik 5 potong roti merasa heran dan ingin penjelasan yang lebih terang dari Imam Ali as. Beliau as berkata, “Kalian (3 orang) masing-masing telah makan 2 2/3 dari semua roti di atas meja; 2 2/3 x 3= 8/3 x 3/1= 24/3= 8 (roti). Kamu yang punya 3 potong roti telah makan dari 2 2/3 roti tersebut dan si tamu (orang Arab) cuma makan 1/3 dari rotimu dan 2 1/3 dari 5 potong roti milik kawanmu, dan 2 1/3 (yang telah dimakan si tamu) sama dengan tujuh kalinya 1/3. jadi dari 8 dirham ini, 7 dirham milik kawanmu dan 1 dirham sisanya adalah milikmu.”[2]


Masa Tidurnya Ashabul Kahfi

“Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus dan ditambah sembilan tahun (lagi).”[3]

Banyak sekali keajaiban yang ada dalam al-Qur’an, salah satunya adalah kisah Ashabul Kahfi:

1- Arti kata “yaum” dalam bahasa Aran adalah hari, dan disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 365 kali.

2- Arti kata “syahr” adalah bulan, disebutkan 12 kali.

3- Kata “Imam” dalam bentuk tunggal dan jamak disebutkan 12 kali.

4- Kata “rajul” yang artinya adalah laki-laki, disebut sampai 24 kali.

5- Kata “imra’ah” yang artinya adalah wanita, juga disebut sampai 24 kali.

6- Kata “dunya” dan “akhirah” masing-masing sebanyak 115 kali.

7- Tentang berapa lama waktu tidurnya Ashabul Kahfi, ayat di atas menyebutkan 300 tahun dan juga 309 tahun.

Pernah seorang alim Bani Israel bertanya kepada Imam Ali as, “Disebutkan dalam kitab kami Taurat, bahwa lamanya tidur Ashabul Kahfi 300 tahun. Kisah ini terdapat dalam kitab Taurat tidak berarti Ashbul Kahfi hidup sebelum zaman Nabi Musa as, karena ulama Yahudi menambahkan peristiwa-peristiwa di zaman Musa as menurut apa yang tertinggal dalam Taurat yang asli, kemudian kitab ini secara bertahap menjadi sempurna sebagaimana bentuk yang ada sekarang ini. Sedangkan kitab Anda al-Qur’an menyebutkan 309!”


[1]Kafi Syarif, jil 7, hal. 422, 433; al-Muqni, hal. 402; Wasailusy Syi’ah, jilid 19, hal. 159.

[2]Biharul Anwar, juz 40, hal 263; Nasikhut Tawarikh, jilid 5, hal. 78.

[3]QS. Al-Kahfi [18]: 25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar