Rasulullah Saw berbahagia menyambut kelahiran cucunya, Imam Hasan. Beliau, menamai Hasan yang bermakna baik dan mulia. Mengenai kehidupan Imam Hasan, suatu hari Rasulullah di tengah sahabatnya bersabda:
"Ketahuilah, Hasan adalah anugerah Allah swt bagiku. Ia akan menjelaskan tentang diriku kepada kalian.Hasan mengajarkan ilmuku kepada kalian. Ia akan menghidupkan sirah dan jalan hidupku, karena perilakunya sama denganku. Allah Swt menganugerahkan karunia-Nya kepada Hasan. Allah merahmati orang yang mengenalnya dan berbuat baik padanya demi menghormatiku."
Kehidupan Imam Hasan terbagi dalam beberapa fase. Bagian pertama adalah masa kecil Imam Hasan bersama Rasulullah. Salah satu momentum terpenting pada masa itu adalah peristiwa Mubahalah antara Rasulullah dengan Rahib Kristen yang juga disinggung dalam al-Quran surat Ali-Imran ayat 61.
Pada peristiwa itu, Rasulullah membawa Imam Hasan, Imam Husein, Imam Ali dan Fatimah. Mereka adalah orang-orang yang paling mulia di sisi Rasulullah. Imam Hasan selama delapan tahun hidup bersama Rasulullah. Selama itu, Imam Hasan berada dalam limpahan pengajaran akhlak mulia Rasulullah, sehingga ia bisa meraih kemuliaan dari sumber cahaya kebaikan itu.
Sayidah Fatimah as berkata,
"Anakku Hasan meskipun masih kecil selalu mengikuti shalat dan ceramah ayahnya dan menghafal khutbah-khutbah Rasulullah. ketika pulang ke rumah, ia menjelaskan kembali pidato Rasulullah untukku secara sempurna."
Tidak lama setelah ditinggal kakeknya, Rasulullah, Hasan kehilangan ibundanya, Sayidah Fatimah. Sejak itu mulailah fase baru kehidupan Imam Hasan bersama ayahnya, Imam Ali. Sebagian besar perjalanan hidup Imam Hasan dilalui bersama ayahnya. Imam Hasan mereguk ilmu dan hikmah dari Imam Ali. Bersama ayahnya, Hasan membasmi gerakan batil dan menghidupkan cahaya Islam. Imam Hasan dengan segenap keberaniannya membantu Imam Ali, terutama pada hari paling sensitif mengenai kekhilafahan Imam Ali, dan kondisi tersulit terutama dalam peperangan yang paling menentukan.
Setelah Imam Ali syahid, kepemimpinan dan Imamah berada di tangan Imam Hasan. Beliau memimpin umat Islam selama enam bulan. Sejarah mencatat fase itu sebagai periode paling sulit dalam kehidupan Imam Hasan. Ketika itu terjadi bergai konspirasi dan pemberontakan yang disulut para penentang dan musuh-musuh Imam Hasan.
Jika tidak ada kewaspadaan dan kecakapan Imam Hasan, maka umat Islam akan berpecah belah dan tercerai berai. Saat itu kondisi umat Islam tengah diguncang prahara akibat ulah orang-orang munafik di tubuh umat Islam sendiri, terutama Muawiyah yang hendak memanggul senjata memberontak melawan Imam Hasan. Menghadapi situasi dan kondisi demikian, Imam Hasan bersama pengikutnya yang setia akhirnya menerima usulan damai dari Muawiyah untuk menghindari meletusnya perang di tubuh umat Islam sendiri. Meski demikian, Imam Hasan mengajukan sejumlah syarat dalam kesepakatan damai dengan Muawiyah.
Setelah menandatangani kesepakatan damai tersebut, Imam Hasan kembali ke tanah kelahirannya, Madinah. Selama 10 tahun diakhir kehidupannya yang dijalani di kota itu, Imam Hasan dengan berani memberikan pencerahan dan penyadaran bagi umat Islam. Beliau membenamkan fondasi keyakinan dan pemikiran umat Islam. Selain itu, dengan gagah berani beliau mengkritik kinerja buruk pemerintahan bani Umayah.
Imam Hasan adalah manifestasi keindahan spiritual dan sifat-sifat kemanusiaan yang tinggi. Salah satu sifat paling mulia Imam Hasan yang menjadi suri tauladan bagi semua orang adalah sifat pemurah dan membantu orang yang membutuhkan.
Imam Hasan menyerahkan harta bendanya di jalan Allah untuk orang-orang yang membutuhkan. Karena sifat pemurah ini, beliau dikenal sebagai Hasan sang pemurah.
Suatu hari, seorang lelaki yang sedang membutuhkan menemui Imam Hasan. Ketika itu Imam Hasan berkata, tuliskanlah keperluanmu. Kemudian Imam membaca surat tersebut dan memenuhi kebutuhannya dua kali lipat dari permohonan lelaki itu.
Salah seorang yang hadir berkata, wahai putra Rasulullah, surat ini begitu berkah bagi lelaki itu. Imam Hasan berkata, berkah bagi kalian lebih besar lagi, karena kami termasuk orang-orang yang berbuat kebajikan.
Imam Hasan menarik hati masyarakat dengan kebaikan budi pekertinya. Perkataan dan perbuatan beliau diperindah dengan sifat Tawadhu dalam dirinya. Suatu hari, Imam Hasan melintasi kerumunan orang-orang miskin. Mereka makan di atas tanah dan bersama-sama memakan potongan roti. Ketika melihat Imam Hasan, mereka memanggilnya, wahai putra Rasulullah, kemarilah dan makanlah bersama kami. Seketika, Imam Hasan turun dari pelana kuda, seraya berkata, "Allah tidak menyukai orang yang sombong." Kemudian Imam makan roti bersama mereka. Sebaliknya Imam Hasan mengundang mereka ke rumahnya. Imam Hasan menyediakan makanan terbaik dan menghadiahi pakaian yang indah untuk mereka.
Seseorang bertanya kepada Imam Hasan, bagaimana mengelola kehidupan menurut anda ? Imam berkata, "Kita harus memperhatikan hak Allah, hak makhluk hidup dan hak orang yang mati. Hak Allah adalah menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Adapun hak makhluk hidup adalah menjalankan kewajiban terhadap saudara seiman dan secepatnya melayani kebutuhan sesama... adapun hak orang yang mati adalah mengingat kebaikan mereka dan menutupi seluruh kesalahannya, karena mereka memiliki Tuhan yang mengganjar amalan saudaranya."
Imam Hasan memiliki suara yang indah ketika membaca al-Quran dan sejak kecil berbicara fasih. Mengenai kefasihan Imam Hasan, Seseorang bernama Amid bin Ishaq bertutur, "Hasan bin Ali ketika berkata sangat menarik dan indah, sehingga kita menantikan kelanjutan perkataannya. Saya tidak merasakan begitu terhadap siapapun. Aku pun tidak mendengar kalimat yang pedas dari beliau."
Seraya mengucapkan selamat atas kelahiran Imam Hasan as, kami mengajak anda menikmati penggalan perkataan mulia beliau. Imam Hasan berkata, "Sesungguhnya, bulan Ramadhan adalah arena pertandingan bagi hambanya untuk meraih ridha Allah."
Mengenai keutamaan menuntut ilmu, Imam Hasan berkata,
"Ajarkanlah ilmu kepada manusia dan belajarkan dari orang lain. Karena dengan itu, ilmu kalian semakin kokoh dan kalian mengetahui ilmu yang sebelumnya tidak diketahui."
Imam Hasan berkata, "Bersikaplah kalian terhadap orang lain sebagaimana kalian menyukai orang lain bersikap demikian hingga mencapai keadilan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar