Pembicaraan tidak selalu ber arti pemahaman antara dua jiwa Kata-kata yang berasal dari bibir-bibir dan lidah-lidah tidak selalu bisa membawa sepasang hati bersama Ada sesuatu yang lebih agung dan lebih murni dari apa yang diutarakan mulut.

Kamis, Mei 03, 2012

Nafisa: Mempelajari Pribadi Imam Ali as Membuat Saya Serasa Hidup Kembali

Saya dilahirkan di Republik Cheko dan dibaptis di sebuah gereja Katolik. Keluarga kami bukanlah sebuah keluarga yang agamis, namun kami mempercayai adanya Tuhan.

Ibu saya meninggal dunia saat saya berusia 14 tahun. Pada usia 18 tahun, saya menikah dan dianugerahi seorang anak lelaki. Pernikahan saya kandas, namun boleh dikata itu merupakan keputusan terbaik untuk saya.

Ayah bekerja keras untuk mendidik saya. Namun kematian ibu membuat segalanya berubah. Ayah menjadi seorang pemabuk. Saya berusaha mengubahnya, tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Beberapa kali kami terlibat ribut besar, tapi saya tahu betul ia amat mencintai saya dan anak-anak saya.

Suatu hari saya menemukan ayah meninggal dan peristiwa itu benar-benar membuat saya kecewa. Hati saya hancur. Dalam kondisi demikian, saya meminta agar Tuhan juga mengambil nyawa saya. Waktu itu saya masih bersuami dan taka lama setelah itu kami bercerai. Pasca perceraian, saya harus melalui kehidupan yang berat dengan anak saya. Kami akhirnya pindah ke sebuah penginapan khusus untuk perempuan milik orang Kristen. Saya sering meluangkan waktu untuk bertekuk lutut sambil berdoa kepada Tuhan. Sekalipun jauh di sudut hatiku saya merasakan ada sesuatu yang kurang, tapi Tuhan tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan.

Pada waktu itu, saya bekerja dengan orang-orang Arab muslim dan saya banyak belajar dari budaya baik mereka. Budaya yang tidak pernah saya temui dalam cara hidup Eropa yang dingin dan kaku. Saya mula belajar mengenai Islam. Pada mulanya ini merupakan sesuatu yang amat aneh dan baru. Untuk pertama kalinya saya menerima al-Quran. Saya menemui seorang mualaf baru yang baik dan dialah yang mengajarkan Islam kepada saya.

Saya tidak menyadari bahwa umat Islam menyembah Tuhan yang sama seperti yang dilakukan oleh umat Kristen dan Nabi Muhammad Saw adalah nabi terakhir. Tidak lama mempelajari agama Islam, saya mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim. Saya mula membaca al-Quran dan saya merasakan begitu gembira setelah menemukan kebenaran. Ketika melewati periode ini, saya turut meneliti Injil dan cukup puas, karena masih terdapat kebenaran di celah-celahnya berkaitan Islam dan nabi terakhir.

Islam merupakan sesuatu yang saya cari selama ini. Ia merupakan jalan yang benar buat saya. Islam hilang dalam kehidupan saya, sayangnya saya tidak dapat melihatnya dari dulu.

Saya mula mengajak anak saya mengenai Tuhan dan ia mempercayai apa saja yang saya sampaikan. Akhirnya saya tidak lagi merasa sendiri dan kami punya Tuhan. Namun, saya merasakan keluarga kami tidak lengkap. Bertahun-tahun berlalu dan saya merasa sendirian. Ini merupakan ujian buat saya setelah menemukan Islam dan mula belajar berkenaan Islam. Tahun-tahun sendirian telah membantu saya untuk membina keimanan saya dan menjadikan saya bertambah kuat.

Saya mulai belajar untuk menerima segala yang menimpa saya sebagai kehendak Tuhan dan semuanya mempunyai maslahat. Selain membaca al-Quran, saya turut membaca sumber-sumber lain seperti hadis dari Sahih Bukhari. Saya merasa tidak puas, lalu saya mula mencari informasi yang lebih berkaitan mazhab Islam yang lain.

Saya bertemu dengan mazhab Ahlul Bait dan mula membaca bagian sejarah yang benar-benar menyedihkan saya. Seperti yang saya katakan, kita akan bertemu beberapa kebenaran dalam Injil dan di sana kita akan bertemu pada bukti Ahlul Bait. Saya menemui beberapa hadis yang telah diolah pada masa lampau untuk membuat orang lupa pada Ahlul Bait. Sejarah tersebut ditulis oleh mereka yang berkuasa. Hakikat yang sebenarnya terkait sejarah pasca kematian Rasulullah Saw akan muncul bila diteliti lebih lanjut. Hakikat tentang keutamaan dan ilmu pengetahuan Imam Ali as masih dapat ditemui dan ini menjadi penting untuk mengikuti Ahlul Bait.

Saya begitu sedih dan setiap kali mulai melakukan penelitian, saya mundur, karena saya merasa tidak mungkin untuk menemui hakikat. Ada kalanya saya berdebat dengan orang Muslim Sunni mengenai Syiah, tetapi mereka tidak dapat merasakan apa yang saya rasa saat mencari kebenaran dalam sejarah.

Malah sebagian merasakan Syiah sebagai pembohong. Malah ramai dari kalangan mereka yang percaya pembohongan yang dilakukan keatas syiah, contohnya bahwa al-Quran telah diubah, malah sebagian pembohongan begitu menjijikkan sekali. Andai saja mereka mau melihat lebih mendalam di celah-celah buku sejarah? Andai saja mereka mengambil ruang waktu untuk melihat pada kebenaran?

Pada waktu saya melakukan penelitian inilah, saya bertemu dan akhirnya menikah dengan seorang Muslim Sunni. Ia lelaki idaman saya dan menjadi jawaban atas doa saya selama ini. Kami sama-sama membesarkan anak saya dan kini menjadi anggota baru dalam keluarga. Alhamdulillah.

Semakin jauh saya belajar dari sumber-sumber sunni, semakin ia membuat saya sedih. Saya mendapati bahwa banyak persoalan yang tidak dapat dijawab, seperti:

Mengapa seorang pahlawan dalam Islam, cucu baginda Rasulullah Saw Imam Husein diabaikan?

Mengapa saya tidak pernah bertemu ajaran dan hadis dari Sayyidah Fatimah as, wanita sempurna alam ini?

Mengapa kita tidak mendengar khotbah di masjid tentang anak-anak Imam Ali dan Fatimah Zahra yang mengorbankan nyawa mereka demi Allah di Karbala?

Mengapa orang-orang Syiah dibunuh?

Mengapa hanya Imam Ali as yang memandikan jasad Nabi kita dan mengebumikannya?

Mengapa Fatimah Zahra marah dengan Abu Bakar sebelum kematiannya?

Bagaimana anda menjawab perilaku Aisya saat Perang Jamal, ketika dia merencana untuk menentang Imam Ali dan menyebabkan ribuan muslim mati dan ia dianggap sebagai seorang muslimah yang ideal?

Saya berdoa semoga Allah memberi petunjuk kepada saya, karena saya tidak dapat menahannya lagi. Ya Allah, bimbinglah saya kearah ajaran mereka yang saya cintai, Ahlul Bait karena saya tidak mampu menemuinya sendiri.

Setelah melakukan penelitian yang begitu banyak, dan disertai doa, akhirnya saya mengakui bahwa Imam Ali adalah sinar matahari Islam dan pengganti sebenarnya Rasulullah yang telah dipilih Allah. Dialah Imam, yang harus kita cintai dan panuti.

Kisah mana yang lebih baik selain kisah hidup seorang lelaki yang hidupnya diabadikan untuk menyebarkan agama Allah dan melakukan yang terbaik demi membimbing orang-orangnya ke jalan yang benar dan pada masa yang sama ia tidak menolak untuk membimbing kalifah dizamannya seperti Abu Bakar dan Umar.

Secara jujur, sebenarnya dunia hari ini memerlukan pengetahuan tentang tokoh ini, menjadikan perilaku dan kehidupannya sebagai panutan.

Suami saya dan saya belajar dari ajaran-ajaran Ahlul Bait dan kami tidak menemui pengetahuan dan kebijaksanaan serta kesucian dalam buku-buku sunni.

Saya merasakan seolah-olah saya telah lahir kembali dalam Islam. Alhamdulillah. (IRIB Indonesia/revertmuslims.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar