"Carilah seorang seperti Khamenei yang komitmen terhadap Islam,
pengkhidmat, dan yang hatinya yang berpikir melayani bangsa ini,
tentu kalian tidak akan mendapatkannya.
Aku telah mengenalnya bertahun-tahun".
Imam Khomeini r.a
Kelahiran hingga sekolah
Rahbar
atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali
Khamenei, putra almarhum Hujjatul Islam wal Muslimin Haj Sayyid Javad
Husaini Khamenei, dilahirkan pada tanggal 24 Tir 1318 Hijriah
Syamsiah
(16 Juli 1939) atau bertepatan dengan tanggal 28 Shafar 1357 Hijriah di
kota suci Mashad. Beliau adalah putra kedua. Kehidupan Sayyid Javad
Khamenei sangat sederhana sama seperti kebanyakan ulama dan pengajar
agama lainnya. Istri dan anak-anaknya memahami secara mendalam makna
zuhud dan kesederhanaan dengan baik berkat bimbingannya. Ketika
menjelaskan kondisi kehidupan keluarganya, Rahbar mengatakan, "Ayah saya
adalah ulama yang terkemuka, namun sangat zuhud dan pendiam. Kehidupan
kami cukup sulit. Saya teringat, sering di malam hari kami tidak
memiliki apa-apa untuk dimakan! Ibu saya dengan susah payah menyiapkan
makan malam... hidangan makan malam itu adalah roti dan kismis".
"Rumah
ayah tempat saya dilahirkan -hingga saya berusia empat sampai lima
tahun- berukuran 60 - 70 meter persegi di kawasan miskin Mashad. Rumah
ini hanya memiliki satu kamar dan sebuah ruang bawah tanah yang gelap
dan sempit. Ketika ayah saya kedatangan tamu (karena ayah saya adalah
seorang ulama dan menjadi rujukan masyarakat, beliau sering kedatangan
tamu) kami pergi ke ruang bawah tanah sampai tamu itu pergi. Kemudian
beberapa orang yang menyukai ayah saya membeli tanah di samping rumah
dan menggabungkannya dengan rumah kami sehingga rumah kami memiliki tiga
kamar".
Seperti inilah beliau dibimbing dan
sejak usia empat tahun Rahbar bersama kakak beliau yang bernama Sayyid
Mohammad diserahkan ke maktab untuk mengenal alpabet dan belajar membaca
AlQuran. Setelah itu, kedua bersaudara ini melalui jenjang pendidikan
dasar mereka di sekolah Islam yang saat itu baru dibangun "Daar
At-Ta'lim Diyanati".
Di Hauzah Ilmiah
Setelah
mempelajari Jamiul Maqaddimat, ilmu sharf dan nahwu, beliau masuk ke
hauzah ilmiah serta belajar ilmu-ilmu dasar dan sastra dari ayah beliau
dan para guru lainnya. "Faktor dan alasan utama saya memilih jalan
bercahaya keruhanian ini adalah ayah saya dan ibu saya yang selalu
mendukung saya."
Beliau belajar ilmu tata bahasa
Arab Jamiul Muqaddimat, Suyuthi dan Mughni dari para guru di madrasah
Sulaiman Khan dan Navvab. Sang ayah mengawasi terus dan memantau
perkembangan pendidikan anaknya. Pada masa itu Sayyid Ali Khamenei juga
mempelajari buku Ma'alim. Kemudian beliau belajar kitab Syarai' Al Islam
dan Syarh Lum'ah dari sang ayah dan sebagiannya dari almarhum Agha
Mirza Modarris Yazdi. Untuk kitab Rasail dan Makasib, beliau menimba
ilmu dari almarhum Haj Syeikh Hashim Qazveini, dan pelajaran lainnya di
jenjang fiqih dan ushul, beliau dibimbing langsung oleh sang ayah.
Beliau melalui tingkat dasar itu sangat cepat hanya dalam kurun waktu
lima setengah tahun. Ayah beliau pada masa itu berperan sangat besar
dalam perkembangan anaknya. Sayid Ali Khamenei berguru pada almarhum
Ayatullah Mirza Javad Agha Tehrani di bidang ilmu logika, filsafat,
kitab Mandzumah Sabzavari, dan kemudian beliau juga belajar dari
almarhum Syeikh Reza Eisi.
Di Hauzah Ilmiah Najaf
Sejak
usia 18 tahun Ayatullah Khamenei mulai belajar tingkat darsul kharij
(tingkat tinggi) ilmu fiqih dan ushul di kota Mashad dari seorang marji'
almarhum Ayatullah Al Udzma Milani. Pada tahun 1336 hijriah syamsiah
(1957) beliau pergi menuju kota Najaf di Irak untuk berziarah. Setelah
menyaksikan dan ikut dalam kelas darsul kharij dari para mujtahid di
hauzah Najaf termasuk almarhum Sayyid Muhsin Hakim, Sayyid Mahmoud
Shahroudi, Mirza Bagher Zanjani, Sayyid Yahya Yazdi, dan Mirza
Bojnourdi, Sayid Ali Khamenei sangat menyukai kondisi belajar, mengajar,
dan penelaahan di hauzah ilmiah Najaf. Beliau pun lantas memberitahukan
niatnya untuk belajar di Najaf kepada sang ayah, namun ayah beliau
tidak menyetujui hal ini. Setelah beberapa waktu, beliau kembali ke
Mashad.
Di Hauzah Ilmiah Qom
Pada
tahun 1337 hingga 1343 Hijriah Syamsiah (1958-1964), Ayatullah Khamenei
belajar ilmu tingkat tinggi di bidang fiqih, ushul, dan filsafat, di
hauzah ilmiah Qom dari para guru besar termasuk di antaranya almarhum
Ayatullah Al-Udzma Boroujerdi, Imam Khomeini, Syeikh Murtadha Hairi
Yazdi, dan Allamah Taba'tabai. Pada tahun 1343 Hijriah Syamsiah (1964),
Sayid Ali Khamenei sangat sedih karena dalam surat menyurat dengan
ayahnya, beliau mengetahui bahwa satu mata ayahnya tidak dapat melihat
lagi akibat terserang penyakit katarak. Saat itu beliau bimbang antara
tinggal di Qom untuk melanjutkan studi atau pulang ke Mashad. Akhirnya
demi keridhoan Allah swt, beliau memutuskan pulang ke Mashad dan merawat
sang ayah.
Dalam hal ini Ayatullah Khamenei
mengatakan, "Saya pulang ke Mashad dan Allah swt telah melimpahkan
petunjuk-Nya kepada kami. Yang terpenting adalah saya telah melaksanakan
tugas dan tanggung jawab saya. Jika saya mendapatkan anugerah, itu
dikarenakan kepercayaan saya untuk selalu berbuat baik kepada ayah dan
ibu saya".
Dihadapkan pada dua pilihan sulit
tersebut, Ayatullah Khamenei memutuskan pilihan yang tepat. Sejumlah
guru dan rekan beliau sangat menyayangkan mengapa beliau sedemikian
cepat meninggalkan hauzah ilmiah Qom, karena mereka berpendapat jika
beliau tinggal sedikit lebih lama lagi maka beliau akan menjadi demikan
dan demikian... Namun fakta di masa depan membuktikan bahwa Ayatullah
Khamenei memilih pilihan yang tepat dan perjalanan hidup yang ditetapkan
oleh Allah swt untuk beliau lebih tinggi dan mulia dari apa yang mereka
perkirakan. Adakah orang yang menduga bahwa ulama muda berusia 25 tahun
yang cerdas dan berbakat ini, yang pergi meninggalkan Qom untuk merawat
kedua orang tuanya, kelak 25 tahun kemudian diangkat menjadi pemimpin
umat?
Di Mashad, Ayatullah Khamenei tidak
menginggalkan pelajarannya. Selain hari libur, dan pada waktu berjuang,
dipenjara, atau bepergian, beliau tetap melanjutkan pelajaran tingkat
tinggi fiqih dan ushul hingga tahun 1347 Hijriah Syamsiah (1768) dari
para guru besar hauzah Mashad khususnya Ayatullah Milani. Tidak hanya
itu, sejak tinggal di Mashad tahun 1343 Hijriah Syamsiah (1964) untuk
merawat kedua orang tuanya, Ayatullah Khamenei juga memberikan pelajaran
ilmu fiqih, ushul, dan maarif Islami kepada para pelajar agama muda dan
mahasiswa.
Perjuangan Politik
Ayatullah
Khamenei menurut keterangan beliau sendiri adalah termasuk salah satu
murid Imam Khomeini dalam pelajaran fiqih, ushul, politik, dan revolusi.
Namun percikan pertama aktivitas politik dan perjuangan beliau terhadap
pemerintahan dzalim, dipantik oleh seorang pejuang besar yang gugur
syahid di jalan Islam, Sayyid Mujtaba Navvab Safavi. Ketika itu, Navvab
Safavi dan sejumlah pejuang Islam lainnya dari kelompok Fedaiyan-e Islam
(Pembela Islam) pada tahun 1331 Hijriah Syamsiah (1952) pergi ke kota
kota Mashad untuk menyampaikan pidatonya yang berapi-api di madrasah
Sulaiman Khan soal kebangkitan Islam dan penerapan hukum Allah, serta
membongkar tipu daya Rezim Syah dan Inggris terhadap bangsa Iran. Pada
masa itu, Ayatullah Khamenei termasuk pelajar madrasah Sulaiman Khan dan
beliau benar-benar terkesan oleh pidato Navvab. Dalam hal ini beliau
mengatakan, "Saat itu juga percikan semangat revolusi Islam dibangkitkan
pada jiwa saya oleh Navvab dan saya tidak ragu lagi bahwa saat itulah
Navvab telah menyalakan api perjuangan dalam hati saya".
Bersama Gerakan Imam Khomeini r.a
Ayatullah
Khamenai pada tahun 1341 Hijriah Syamsiah (1962), tinggal di kota suci
Qom dan saat itu beliau masuk di medan perjuangan politik Imam Khomeini
melawan politik anti-Islam ala Amerika Serikat (AS) yang digulirkan oleh
Rezim Syah Pahlevi. Selama 16 tahun beliau berjuang dan harus melalui
berbagai kondisi termasuk penjara dan pengasingan. Selama itu pula
beliau tidak gentar menghadapi segala bentuk ancaman bahaya. Untuk
pertama kalinya pada tahun 1338 Hijirah Syamsiah (1959), beliau
diinstruksikan oleh Imam Khomeini untuk menyampaikan pesannya kepada
Ayatullah Milani dan para ulama lainnya di Propinsi Khorasan soal
mekanisme program dakwah para ulama dan ruhaniwan di bulan Muharram dan
penyingkapan kebobrokan politik Rezim Syah dan AS, serta menyangkut
kondisi Iran dan kota suci Qom. Misi itu dijalankannya dengan baik dan
beliau melaksanakan tugas dakwah bulan Muharram di kota Birjand. Dalam
dakwahnya, seperti yang telah dimandatkan oleh Imam Khomeini, Ayatollah
Khamenei mengungkap kebobrokan Rezim Syah dan politik AS. Oleh sebab
itu, pada tanggal 9 Muharram bertepatan dengan tanggal 12 Khordad 1342
(2 Juni 1963), beliau ditangkap dan ditahan semalam. Keesokan harinya
beliau dibebaskan dengan syarat tidak lagi berpidato di atas mimbar.
Gerak gerik beliau pun diawasi oleh aparat. Menyusul terjadinya
peristiwa berdarah 15 Khordad (5 Juni 1963), beliau kembali ditangkap
dan diserahkan ke penjara militer di kota Mashad. Beliau mendekam selama
10 hari dalam penjara tersebut dan selama itu pula beliau menjadi
mangsa aksi penyiksaan sadis.
Penahanan Kedua
Pada
bulan Bahman tahun 1342 Hijriah Syamsiah (Februari 1963) atau Ramadhan
1383 Hijriah, Ayatullah Khamenei bersama beberapa rekan beliau pergi
menuju Kerman dengan perencanaan yang matang. Setelah dua atau tiga hari
berpidato dan bertemu dengan ulama dan para pelajar agama di Kerman,
beliau melanjutkan perjalanannya menuju kota Zahedan. Pidato beliau yang
penuh semangat khususnya pada tanggal 6 Bahman (26 Januari) hari ulang
tahun pemilihan umum dan referendum palsu yang digelar Rezim Syah-
mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Pada tanggal 15 Ramadhan yang
bertepatan dengan hari kelahiran Imam Hasan as, ketegasan dan keberanian
serta semangat revolusi Ayatullah Khamenei dalam mengungkap politik
setan dan ala AS Rezim Syah Pahlevi, sampai pada puncaknya. Sebab itu,
para agen intelejen Rezim Syah atau SAVAK, menangkap beliau pada malam
hari dan mengirim beliau ke Tehran dengan menggunakan pesawat. Beliau
dijebloskan ke dalam sel perorangan di penjara Qezel Qal'eh selama
kurang lebih dua bulan. Selama itu pula beliau bersabar menahan segala
macam penyiksaan.
Penahanan Ketiga dan Keempat
Kelas
pelajaran tafsir, hadis, dan pemikiran Islami beliau di kota Mashad dan
Tehran, mendapat perhatian yang luar biasa dari para pelajar muda
revolusioner. Hal inilah yang kembali membuat para agen SAVAK geram dan
selalu mengawasi aktivitas Ayatullah Khamenei. Karena diawasi, pada
tahun 1345 Hijriah Syamsiah (1966) Ayatollah Khamenei beraktivitas
secara sembunyi-sembunyi. Setahun kemudian, beliau ditangkap dan
dipenjara. Pada tahun 1349 Hijriah Syamsiah (1970), untuk keempat
kalinya beliau ditangkap oleh SAVAK karena berbagai aktivitas ilmiah dan
perjuangan beliau terhadap Rezim Syah.
Penangkapan Kelima
Mengenai
penangkapan kelimanya, Ayatullah Khamenei menulis, "Pada tahun 1348
Hijriah Syamsiah (1969), terbuka peluang untuk melakukan perlawanan
bersenjata di Iran. Sensitifitas dan kekerasan agen-agen Rezim Syah saat
itu terhadap pribadi saya juga semakin meningkat mengingat gerakan
perlawanan bersenjata tersebut tidak mungkin terlepas dari orang-orang
seperti saya. Pada tahun 1350 Hijriah Syamsiah (1971), saya kembali
dipenjara. Tindakan kekerasan yang dilakukan SAVAK di penjara secara
jelas menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap menyatunya gerakan
perlawanan bersenjata dengan pusat-pusat pemikiran Islam. Dan mereka
tidak dapat menerima fakta bahwa aktivitas ilmiah dan dakwah saya di
Mashad dan Tehran tak ada kaitannya dengan gerakan perlawanan bersenjata
itu. Setelah bebas dari penjara, pelajaran tafsir untuk umum dan
kelas-kelas ideologi dan lain-lain, semakin meluas."
Penangkapan Keenam
Antara
tahun 1350 hingga 1353 Hijriah Syamsiah (1971-1974), pelajaran tafsir
dan ideologi Ayatullah Khamenei digelar di tiga masjid yaitu masjid
Karamat, masjid Imam Hasan as, dan masjid Mirza Ja'far, di kota Mashad.
Ribuan warga khususnya para pemuda revolusioner memenuhi ketiga masjid
tersebut untuk mendengarkan pemikiran dan pelajaran Ayatullah Khamenei.
Pelajaran Nahjul Balaghah beliau juga sangat diminati. Penjelasan Nahjul
Balaghah beliau yang ditulis dalam bentuk diktat berjudul "Partuee az
Nahjul Balaghah" (Seberkas cahaya dari Nahjul Balaghah) diperbanyak dan
disebar luas oleh para pemuda revolusioner. Mereka yang menimba
pelajaran tentang hakikat dan perjuangan dari Ayatullah Khamenei, lantas
menyebar ke seluruh penjuru di Iran dan menjelaskan tentang hakikat
serta mempersiapkan mental warga bagi membela gerakan revolusi besar
Islam.
Pada bulan Dey 1353 Hijriah Syamsiah
(Januari 1975), SAVAK menyerbu rumah Ayatullah Khamenei. Selain
menangkap beliau, para agen SAVAK juga merampas seluruh artikel maupun
catatan beliau. Ini merupakan penangkapan keenam dan masa penahanan yang
paling sulit. Ayatollah Khamenei disekap dalam penjara Komite Gabungan
Kepolisian hingga musim gugur tahun 1354 Hijriah Syamsiah (mendekati
bulan-bulan akhir tahun 1975). Selama masa penahanan, beliau
diperlakukan dengan sangat keji. Kepedihan yang dialami Ayatullah
Khamenei selama masa penahanan itu menurut beliau hanya dapat dipahami
oleh orang-orang yang pernah merasakan kondisi yang sama. Setelah bebas,
Ayatullah Khamenei kembali ke kota Mashad dan tetap melanjutkan
aktivitas ilmiah dan revolusionernya. Namun kali ini beliau tidak dapat
membuka kelas-kelas terbuka seperti sebelumnya.
Di Pengasingan
Rezim
Syah Pahalevi pada akhir tahun 1356 Hijriah Syamsiah (1978), menangkap
dan mengasingkan Ayatullah Khamenei ke kota Iranshahr selama tiga tahun.
Pada pertengahan tahun 1357 (akhir 1978), menyusul semakin tajamnya
perjuangan warga muslim revolusioner Iran, Ayatullah Khamenei dibebaskan
dari pengasingan dan kembali ke kota Mashad. Beliau berada di barisan
terdepan perjuangan rakyat Iran melawan Rezim Pahlevi dan SAVAK. Setelah
15 tahun berjuang di jalan Allah swt secara ksatria serta ketabahan
dalam menghadapi segala kesulitan, akhirnya beliau dapat merasakan hasil
dari perjuangan dan perlawanan tersebut yaitu kemenangan Revolusi Islam
Iran dan tumbangnya rezim despotik Syah Pahlevi, serta terbentuknya
kedaulatan Islam di negeri ini.
Detik Menjelang Kemenangan
Menjelang
kemenangan Revolusi Islam, sebelum kepulangan Imam Khomeini r.a dari
Paris ke Tehran, sesuai instruksi Imam, dibentuklah Dewan Revolusi Islam
yang dianggotai oleh sejumlah tokoh pejuang seperti Ayatullah (Syahid)
Mutahhari, Ayatullah (Syahid) Beheshti, Hashemi Rafsanjani, dan
lain-lain. Imam Khomeini juga merekomendasikan Ayatullah Khamenei untuk
menjadi anggota dewan. Pesan Imam Khomeini r.a itu disampaikan kepada
Ayatullah Khamenei oleh Syahid Muthahhari, dan setelah itu Ayatullah
Khamenei berangkat dari Mashad menuju Tehran.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei tetap melanjutkan aktivitas dan kerja keras untuk merealisasikan cita-cita revolusi. Aktivitas dan jabatan yang beliau emban sangat penting khususnya jika dilihat dengan memandang kondisi saat itu. Berikut ini adalah ringkasan aktivitas penting beliau:
● Ikut mendirikan Partai Republik Islam pada bulan Esfand tahun 1357 Hijriah Syamsiah (Maret 1979) dengan kerjasama sejumlah ulama pejuang seperti Syahid Beheshti, Syahid Bahonar, Hashemi Rafsanjani, dan lain-lain.
● Menjabat sebagai Deputi Menteri Pertahanan Iran, tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979).
● Pemimpin Pasukan Garda Revolusi Islam Iran, tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979).
● Imam Jum'at Tehran, tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979).
● Wakil Imam Khomeini r.a di Dewan Tinggi Pertahanan, tahun 1359 Hijriah Syamsiah (1980).
● Wakil warga Tehran di Majles Shura Islami (Parlemen Iran), tahun 1358 Hijriah Syamsiah (1979).
● Partisipasi aktif beliau dengan mengenakan seragam militer di medan perang ‘pertahanan suci' melawan Irak pada tahun 1359 Hijriah Syamsiah (1980), menyusul invasi pasukan Irak terhadap wilayah Iran. Dalam perang ini Irak diprovokasi dan dipersenjatai oleh kekuatan arogan dunia termasuk AS dan Uni Soviet.
● Gagalnya percobaan teror terhadap beliau oleh kelompok munafiqin di masjid Abu Dzar Tehran, tahun 1360 Hijriah Syamsiah (1981).
● Menjabat sebagai Presiden Republik Islam Iran, menyusul gugur syahidnya Muhammad Ali Rajaee, Presiden kedua Republik Islam Iran. Pada bulan Mehr tahun 1360 Hijriah Syamsiah (1981), Ayatullah Khamenei memperoleh lebih dari 16 juta suara warga, dan dilantik sebagai Presiden Republik Islam Iran setelah mendapat pengukuhan dari Imam Khomeini r.a. Beliau juga terpilih untuk kedua kalinya pada tahun 1364 hingga 1368 Hijriah Syamsiah (1985).
● Ketua Dewan Revolusi Kebudayaan, tahun 1360 Hijriah Syamsiah (1981).
● Ketua Dewan Penentu Kebijakan Negara, tahun 1366 Hijriah Syamsiah (1987).
● Ketua Dewan Revisi Konstitusi, tahun 1368 Hijriah Syamsiah (1989).
● Ditunjuk oleh Dewan Ahli untuk menjadi Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, yang dimulai sejak 14 Khordad, sepeninggal Imam Khomeini r.a. Pilihan ini sangat tepat, karena beliau memiliki kelayakan sepenuhnya untuk bukan saja membimbing warga Muslim Iran, melainkan umat Islam di seluruh dunia (1989).
Karya Tulis
1- Tarh-e Kulli-e Andishe-e Eslami dar Qor'an (Program Komprehensif Pemikiran Islami Dalam AlQuran).
2- Az Jarfha-ye Namaz (Dari Kedalaman Shalat)
3- Goftari dar Bab-e Sabr (Pembahasan tentang Kesabaran)
4- Chahar Ketab-e Asli-e Elm-e Rejal (Empat Buku Utama Ilmu Rijal)
5- Wilayat (Kepemimpinan).
6- Gozaresh az Sabeqe-e Tarikhi va Auza-e Konouni-e Hauze-e Elmiye-e Mashhad (Laporan Mengenai Sejarah dan Kondisi Terkini Hauzah Ilmiah Mashad).
7- Zendeginame-e Aimme-e Tashayyo' (Riwayat Hidup Para Imam Syiah) -belum dicetak.
8- Pishvaye Sadeq (Pemimpin yang Jujur)
9- Vahdat va Tahazzob (Persatuan dan Kepartaian)
10- Honar az Didgah-e Ayatollah Khamenei (Seni Menurut Ayatullah Khamenei)
11- Dorost Fahmidan-e Din (Pemahaman Benar Tentang Agama)
12- (Onsor-e Mobarezeh dar Zendegiy-e Aimmeh (Unsur Perjuangan Dalam Kehidupan Para Imam a.s)
13- Ruh-e Tauhid, Nafy-e Obudiyyate Gheire Khoda (Ruh Ketauhidan, Penafian Penghambaan Selain Allah swt)
14- Zarurat-e Bazgasht be Qor'an (Urgensi Kembali Kepada AlQuran)
15- Sire-ye Emam-e Sajjad (Sejarah Imam Sajjad a.s)
16- Imam Ridha as va Velayatahdi (Imam Ridha a.s dan Posisi Putra Mahkota)
17- Tahajom-e Farhangi (Serangan Budaya), disusun dari kumpulan pidato dan pesan Rahbar.
18- Hadis-e Velayat (Hadis Kepemimpinan), kumpulan pidato dan pesan Rahbar yang hingga kini telah dicetak sebanyak sembilan jilid.
2- Az Jarfha-ye Namaz (Dari Kedalaman Shalat)
3- Goftari dar Bab-e Sabr (Pembahasan tentang Kesabaran)
4- Chahar Ketab-e Asli-e Elm-e Rejal (Empat Buku Utama Ilmu Rijal)
5- Wilayat (Kepemimpinan).
6- Gozaresh az Sabeqe-e Tarikhi va Auza-e Konouni-e Hauze-e Elmiye-e Mashhad (Laporan Mengenai Sejarah dan Kondisi Terkini Hauzah Ilmiah Mashad).
7- Zendeginame-e Aimme-e Tashayyo' (Riwayat Hidup Para Imam Syiah) -belum dicetak.
8- Pishvaye Sadeq (Pemimpin yang Jujur)
9- Vahdat va Tahazzob (Persatuan dan Kepartaian)
10- Honar az Didgah-e Ayatollah Khamenei (Seni Menurut Ayatullah Khamenei)
11- Dorost Fahmidan-e Din (Pemahaman Benar Tentang Agama)
12- (Onsor-e Mobarezeh dar Zendegiy-e Aimmeh (Unsur Perjuangan Dalam Kehidupan Para Imam a.s)
13- Ruh-e Tauhid, Nafy-e Obudiyyate Gheire Khoda (Ruh Ketauhidan, Penafian Penghambaan Selain Allah swt)
14- Zarurat-e Bazgasht be Qor'an (Urgensi Kembali Kepada AlQuran)
15- Sire-ye Emam-e Sajjad (Sejarah Imam Sajjad a.s)
16- Imam Ridha as va Velayatahdi (Imam Ridha a.s dan Posisi Putra Mahkota)
17- Tahajom-e Farhangi (Serangan Budaya), disusun dari kumpulan pidato dan pesan Rahbar.
18- Hadis-e Velayat (Hadis Kepemimpinan), kumpulan pidato dan pesan Rahbar yang hingga kini telah dicetak sebanyak sembilan jilid.
Terjemah
1- Solh-e Emam Hasan (Perdamaian Imam Hasan as), karya Razi Aali Yaasin.
2- Ayandeh dar Qalamrove Islam (Masa Depan Dalam Kekuasaan Islam), karya Sayyid Qutb.
3- Mosalmanan dar Nehzat-e Azadi-e Hindustan (Muslimin Dalam Gerakan Kebebasan India), karya Abdul Mun'im Namri Nasri.
4- Eddea nameh Alahe tamaddon-e Gharb (Gugatan Terhadap Kebudayaan Barat), karya Sayyid Qutb.
2- Ayandeh dar Qalamrove Islam (Masa Depan Dalam Kekuasaan Islam), karya Sayyid Qutb.
3- Mosalmanan dar Nehzat-e Azadi-e Hindustan (Muslimin Dalam Gerakan Kebebasan India), karya Abdul Mun'im Namri Nasri.
4- Eddea nameh Alahe tamaddon-e Gharb (Gugatan Terhadap Kebudayaan Barat), karya Sayyid Qutb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar