Seorang pengamat politik mengungkapkan, Arab Saudi menggelontorkan bantuan keuangan yang besar kepada pembuat kebijakan di AS agar tetap bungkam dalam menyikapi intervensi militer Arab Saudi di Bahrain dalam menumpas protes anti-rezim.
Ali al-Ahmed, direktur Institut Urusan Negara-Negara Teluk Persia (IGA) dalam sebuah wawancara dengan Press TV menuturkan, “Kerajaan Saudi telah berhasil mengambil hati Barat terutama Washington lewat berbagai cara untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan di negara itu seperti pemberian bantuan langsung tunai, menjalin kontrak bisnis dengan perusahaan Amerika, dan membeli saham media-media di negara itu”.
al-Ahmed menjelaskan, kerajaan Saudi berusaha mencari kepentingan di kantor-kantor berita Amerika seperti ABC milik Disney dan Fox News milik News Corp.”Keluarga kerajaan Saudi memiliki saham miliara dolar di kedua kantor pemberitaan tersebut”, tambahnya.
Direktur IGA tersebut menegaskan, “Pada dasarnya, apa yang dilakukan oleh penguasa Arab Saudi adalah untuk membeli para pembuat kebijakan di AS- setidaknya mayoritas dari mereka -supaya tetap bungkam tentang Arab Saudi”.
“Bahkan think tank di Washington DC, kebanyakan dari mereka, tidak menangani masalah Saudi dan menolak berbicara tentang hal itu. Kalapun mereka lakukan, mereka hanya berbicara secukupnya. Hal itu sengaja dilakukan adalah untuk menciptakan sebuah persepsi umum bahwa Arab Saudi adalah sekutu Barat”, tambah al-Ahmed.
Dia juga menyebutkan, “Barangkali mantan Presiden AS Jimmy Carter adalah contoh paling buruk. Lantaran ia telah menerima lebih dari 35 juta dolar untuk lembaga hak asasi manusianya, Carter Center di Atlanta”.
Ironisnya, menurut al-Ahmend, Carter tidak pernah mengangkat isu hak asasi manusia di Arab Saudi. Bahkan, ia menolak melakukannya. (IRIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar