Pembicaraan tidak selalu ber arti pemahaman antara dua jiwa Kata-kata yang berasal dari bibir-bibir dan lidah-lidah tidak selalu bisa membawa sepasang hati bersama Ada sesuatu yang lebih agung dan lebih murni dari apa yang diutarakan mulut.

Minggu, April 10, 2011

Kisah Kecerdasan Imam Ali bin Abi Thalib


Dalam kitab Bihar Al-Anwar, diriwayatkan bahwa telah datang seorang pemuda dari Baitul Maqdis ke Madinah. Pemuda tersebut sangat tekun beribadah. Siang hari selalu berpuasa dan malam hari selalu bermunajat kepada Allah. Khalifah Umar Ibnu Khatab mengetahui hal itu dan selalu mendatanginya untuk menanyakan, barangkali ada yang diperlukan oleh pemuda tersebut. Tapi pemuda itu berkata kepada khalifah Umar, "kebutuhanku hanya kepada Allah semata."

sampai pada musim Haji tiba, pemuda dari Baitul Maqdis tersebut mendatangi khalifah. Ia berkata, "Wahai Amir al-Mukminin, aku hendak pergi Haji, tapi ada barang yang ingin aku titipkan kepada Anda, sampai aku kembali dari haji."


"mana barang itu?" Ujar Khalifah.

Pemuda itu kemudian menyerahkan sebuah kotak gading kecil.

Kepada pemimpin rombongan haji, khalifah mewasiatkan pemuda itu. Beliau berkata, "aku berwasiat kepada mu dengan pemuda ini." Kemudian pemimpin rombongan tersebut berkata kepada rombongannya untuk bersama-sama menjaga pemuda tersebut.

Sepanjang perjalanan, ada seorang wanita yang selalu memperhatikan pemuda Baitul Maqdis tersebut. Pada saat pemuda itu turun dan berhenti, wanita itupun turun dan berhenti, tak jauh dari pemuda tersebut.

Pada suatu saat, wanita itu mendekatinya, "wahai pemuda, aku menyayangi kulitmu yang sangat halus ini tertutup dengan kain wol yang kasar." ujarnya manja.

Anak muda tersebut menimpali, "wahai perempuan. Ia hanya sesosok bdan yang akan di makan ulat dan berakhir menjadi tanah."

"sesungguhnya aku terpikat oleh wajahmu yang bercahaya itu dan disirami sinar matahari," kata wanita itu menggoda.

"wahai wanita, takutlah kepada Allah dan diamlah." tegur pemuda dari alQuds itu. "ucapanmu itu menjadikanku lupa beribadah kepada Tuhanku." lanjutnya.

Lalu wanita itu berkata, "aku membutuhkan mu. Jika aku bisa membantuku untuk memenuhi kebutuhanku, maka pembicaraan kita selesai, dan aku akan pergi menjauh dari mu. Tapi bila kamu tidak membantu ku, aku akan tetap berada di sini, sampai kau membantu ku."

"apa kebutuhan mu?" tanya pemuda itu.

"hendaklah kamu mau mengumpuli aku!" pintanya.

Pemuda itu menolak dan berupaya menasihati wanita itu secara baik-baik. Tapi wanita itu malah berkata, "Demi Allah, jika kamu tidak memenuhi kebutuhanku, maka aku akan menuduhmu dengan tipu muslihat seorang wanita, sehingga kamu tidak berdaya dibuatnya."

tetapi pemuda alQuds tersebut diam dan tidak mempedulikannya.

Sepanjang perjalanan, pemuda alQuds tadi selalu melewati malam-malam dengan beribadah kepada Allah. Dan ketika pemuda tersebut tertidur pulas di penghujung malam, wanita itu datang mendekatinya. Di bawah kepala pemuda tersebut, terdapat sebuah kantung pembekalannya. Wanita itu mengambil kantung itu dan menaruh di dalamnya uang sebanyak 500 dinar. Lalu meletakan kembali kantung itu.

Pagi-pagi, ketika rombongan hendak meneruskan perjalanan, wanita itu berteriak, "ya Allah, tolonglah aku, tolonglah aku! Aku telah kehilangan perbekalanku. Bekal dan hartaku telah dicuri orang."

Pemimpin rombongan menyuruh seseorang dari Muhajirin dan Ansar untuk memriksa rombongan. Setelah diperiksa tidak ditemukan sesuatupun. Tinggal seorang saja yang belum diperiksa, yaitu pemuda dari alQuds itu. Mereka melaporkan hasil pemeriksaan itu kepada pemimpinrombongan.

"apa salahnya jika kalian periksa juga rombongan itu?" kata wanita itu sambil menunjuk ke arah pemuda alQuds.

Maka pemeriksa mendekati pemuda itu dan berkata, "wahai pemuda, kami tidak akan memeriksa mu, kecuali atas seizin mu. Karena khalifah telah mewasiatkan mu kepada kami."

"wahai kaum, "ujar pemuda itu. "aku tidak keberatan untuk diperiksa."

ketika perbekalan pemuda alQuds diperiksa, wanita itu berterika, "Allahu akbar. Itu adalah perbekalanku, uang 500 dinar, di dalamnya ada kalung dan misqal."

akhirnya pemuda itu diikat sebagai pencuri.

Sesampainya di mekkah, pemuda alQuds itu berkata, "wahai rombongan, demi rumah ini (ka`bah), lepaskanlah aku sampai aku selesai berhaji. Aku tidak akan lari dari kalian. Usai melaksanakan haji, aku akan menyerahkan diri lagi."

setelah manasik haji, seperti yang dijanjikan pemuda itu, ia kembali menyerahkan diri kepada rombongan untuk diikat. Tetapi mereka tidak mengikatnya, karena percaya bahwa pemuda itu tidak akan lari. Salah seorang diantara mereka berkata, "seandainya pemuda itu ingin lari, pastilah ia sudah lari."

ditengah perjalanan pulang, wanita itu kehabian bekal. Dan ia mencoba meminta harta dan makanan dari seseorang. Orang itu mau memberinya harta, tetapi dengan satu syarat bahwa wanita itu mau menyerahkan diri kepadanya. Wanita gatal itu setuju saja.

Setelah beberapa hari, wanita ini berpikir bahwa dirinya telah hamil, akibat perbuatan serongnya. Lalu dia mencari cara untuk membebaskan diri dari tuduhan orang-orang. Lalu dia membuat suatu fitnah, "Aku mendengar bacaan orang dari Baitul Maqdis itu. Lalu aku mendekatinya. Ketika aku ketiduran, dia menghampiri ku dan kemudian mengumpuliku. Aku tidak berdaya untuk membela diri ku. Aku kini hamil. Aku adalah wanita dari Anshar."

rombongan tidak meragukan pengakuan wanita itu, karena pemuda alQuds itu telah dicap jahat. Mereka berkata, "wahai pemuda, kamu tidak cukup mencuri uang, malah kini kamu mencuri kehormatannya." lalu pemuda itu diikat kembali.

Sesampainya rombongan di kota Madinah, ketua rombongan menceritakan apa yang telah terjadi diperjalanan mengenai pemuda alQuds tersebut. Khalifah Umar berkata kepada pemuda itu, "Celakalah engkau wahai pemuda, engkau menampakan hal yang berbeda dengan apa yang ada dalam batin mu. Aku akan menyiksamu dengan siksaan yang berat."

ketika itu datanglah Ali bin Abi Thalib, segera bertanya, "mengapa terjadi keributan di Mesjid Rasulullah?"

"wahai Abu Turab, pemuda dari Baitul Maqdis ini telah mencuri dan berbuat serong." ujar Khalifah Umar.

"Demi Allah, ia tidak mencuri dan tidak berbuat serong." Tegas sayyidina Ali. "tidak ada seorangpun yang haji (dengan sebenar-benar haji), kecuali dia."

Ali bin Abi Thalib bertanya kepada wanita itu dan berkata, "Celaka kamu, hai wanita. Jelaskan ceritamu!"

"wahai imam, sesungguhnya pemuda itu telah mencuri harta ku, dan rombongan menyaksikan sendiri bahwa hartaku ada di dalam tasnya. Dia juga mengumpuliku. Aku tidak berdaya membela diri." aku wanita itu.

"Engkau bohong, hai wanita laknat! Hardik Imam Ali. Kemudian sayyidina Ali menolah ke arah khalifah Umar." wahai Abu Hafs, pemuda ini terputus kemaluannya. Dia tidak lagi mempunya penis. Dia menyimpan penisnya di dalam kotak gading."

khalifah Umar teringat akan kotak gading yang dititipkan pemuda itu. Lalu menyuruh pembantunya untuk membawa kotak gading itu. Lalu khalifah membuka kotak gading itu. Ternyata isinya kain sutra yang membungkus penis yang telah terpotong.

(Sumber : Muhammad Ridha Al-Hakimi, Mengungkap Untaian Kecerdasan Imam Ali bin Abi Thalib. Hal. 153-162 )
(karbalacreative.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar